Fotografer : John Doddy Hidayat
Garut News ( Selasa, 13/06 – 2017 ).
Kian banyak pemerhati lingkungan berpendapat, pemicu terjangan banjir melanda wilayah Kecamatan Tarogong Kidul, juga Kecamatan Tarogong Kaler dan sekitarnya pada 5 Juni 2017 lalu, ternyata berkondisi relatif sama dengan amuk puncak Sungai Cimanuk yang menimbulkan banyak kerusakan bahkan korban jiwa pada 20 September 2016 silam.
Sebab selain curah hujan lebih tinggi dari biasanya, banjir melanda dua wilayah kecamatan kawasan perkotaan tersebut, terutama akibat pola penataan ruang pada daerah resapan air khususnya di kawasan Gunung Darajat Pasirwangi, serta Gunung Putri,Gunungapi Guntur dan sekitarnya juga merupakan kawasan hulu “Daerah Aliran Sungai” (DAS), maupun sub DAS Cimanuk tak sesuai dengan kondisi seharusnya.
Kerusakan lingkungannya sangat parah. Banyak terjadi alih fungsi lahan konservasi di sejumlah kawasan. Mulai eksploitasi lahan pertanian intensif, pembangunan perhotelan, dan sarana wisata tanpa memperhatikan kaidah konservasi, dan kelestarian lingkungan hingga maraknya aktivitas pertambangan liar galian C.
Kondisi itu, bersesuaian dengan hasil penelusuran lapangan dilakukan pihak Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) kabupaten setempat paskabanjir Tarogong Kidul, dan Tarogong Kaler.
Kepala Dinas PUPR Uu Saepudin didampingi Kepala Seksi Konservasi Beni katakan, hasil penelusuran lapangan dilakukan petugas memerlihatkan terdapat sejumlah faktor menjadi penyebab terjadinya banjir melanda Tarogong Kidul, serta Tarogong Kaler, dan sekitarnya pada 5 Juni itu.
Antara lain curah hujan tinggi mencapai 101 mm dari mulai Pasirwangi, Samarang, Tarogong Kidul, dan Tarogong Kaler.
Terjadinya alihfungsi lahan lebih 60% di kawasan Pasirwangi akibat pembangunan sejumlah hotel tak berizin. Adanya aktivitas galian C liar di Tanjungkarya, Panjiwangi, Sukawangi, Cibeureum, dan Randukurung.
Juga, adanya peternakan sapi di Gunung Putri yang diduga awalnya hanya meliputi seluas empat hektare namun sekarang lebih luas lagi. Sehingga air yang tercurah di kawasan gunung tersebut tak tuntas terserap melainkan meluber melalui sungai Cikendi.
Di arah hilir juga terjadi pemanfaatan ruang tak sesuai semestinya. Antara lain pembangunan perumahan Pamoyanan yang perizinannya diduga kacau, adanya penutupan saluran drainase Badama ke sungai Cilutung oleh Perum Rama Cipta, terjadinya penyempitan sungai Cilutung oleh Perum Cijati Asri 2 yang dulunya empat meter menjadi dua meter.
“Pembangunan kampus II STIE Yasa Anggana Jalan Pembangunan juga dipertanyakan site plan-nya. Sebab diduga ada pelanggaran atas sempadan sungai yang melintas di sana,” ujar Beni.
Ketua DPD Laskar Indonesia Kabupaten Garut Dudi Supriadi menilai, terjadinya banjir Tarogong Kidul, dan Tarogong Kaler itu menunjukkan Pemkab Garut masih lemah dalam mengelola manajemen penanggulangan bencana.
Padahal bencana banjir bandang Cimanuk pada akhir 2016 lalu itu banyak memberikan pelajaran sangat berharga mengenai hal tersebut.
Meski tak menimbulkan korban jiwa, banjir melanda Tarogong Kidul, dan Tarogong Kaler ini menyebabkan terjadinya berbagai kerusakan infrastruktur.
BPBD Kabupaten Garut pun hingga kini masih belum mampu menghitung berapa kerugian material akibat banjir tersebut.
“Kerugiannya masih dihitung. Untuk mencegah kejadian serupa, kita harap masyarakat agar tetap waspada cegah siaga,” kata Kepala Pelaksana BPBD Dadi Djakaria.
Banjir di Tarogong Kidul, dan Tarogong Kaler pada 5 Juni itu melanda Kelurahan Sukagalih, Desa Mekargalih, Kelurahan Jayawaras, DesaTarogong dengan kerusakan dua unit rumah rusak berat, dua unit rusak sedang, 419 rumah terendam dengan jumlah kepala keluarga terdampak sebanyak.446 kk/1.705 jiwa.
Sedangkan kerusakan infrastruktur antara lain jembatan alternatif penghubung Desa Tarogong, Kelurahan Pataruman rusak berat, jalan Kalidung Bojongkaliki rusak berat, TPT. RW 10 Desa Tarogong jebol, benteng STIE Yasa Anggana ambruk sepanjang sekitar 15 meter, benteng RW 14 Kel Sukagalih sekitar 20 meter ambruk, benteng RW 11 Kel Sukagalih sepanjang 5 meter ambruk, dan TPT dan drainase Perum Rama Cipta Indah Kel Jayawaras sekitar 30 meter jebol.
Juga, drainase dan irigasi Perum Cijati Asri 2 Kelurahan Jayawaras jebol, drainase dan gorong-gorong Kampung Seni Baru Kelurahan Jayawaras jebol, jembatan Cijendil dan TPT Kel Jayawaras rusak berat, jalan desa Kampung Tanjakan Desa Mekargalih yang baru dibangun dari dana Desa tahun 2017 rusak.
Kerusakan bidang pertanian antara lain meliputi lahan sawah di blok Cigarukguk Kampung Tanjakan Daerah Irigasi Cilutung seluas 2 hektare sebelum dipanen rusak berat, lahan sawah blok Cilutung Desa Mekargalih seluas 2 hektarea pra panen terendam, blok Pamoyanan Kelurahan Sukagalih seluas 1 ha pasca panen terendam, dan blok Astana Hilir Kelurahan Jayawaras seluas 0,2 ha terendam.
Kerusakan lainnya antara lain dua unit kendaraan bermotor roda dua, dan dua unit kendaraan roda empat terbawa hanyut, sebuah becak juga terbawa hanyut.
Fasilitas umum terdampak antara lain pada komplek Pesantren Persis Rancabango, satu bangunan masjid komplek Paseban Kelurahan Sukagalih terendam, SDN Tarogong 1 dan 2 ( Gentra Masekdas) halamannya terendam, STIE YASA ANGGANA Kelurahan Sukagalih terendam, kantor Samsat halamannya terendam, RS. Intan Husada halamannya terendam.
********
(NZ).