Esay/Fotografer : John Doddy Hidayat
Garut News ( Jum’at, 10/03 – 2017 ).
Pemerintah melalui Kementerian “Agraria dan Tata Ruang” (ATR), BNPB, Pemerintah Daerah serta lembaga/instansi terkait lainnya, harus mulai membangun model banjir untuk evaluasi mitigasi bencana dan penataan ruang, serta mulai memikirkan membangun system monitoring dan early warning system banjir.
Lantaran sepertinya belum ada program komprehensif dari pemerintah tentang penyusunan tata ruang yang memerhatikan model banjir.
Juga sepertinya belum ada program komprehensif dari pemerintah tentang monitoring, serta early warning system banjir, padahal kita dapat lihat bersama potensi bencananya dimana-mana.
Demikian dipresentasikan Dr Heri Andreas dari Geodesi ITB pada “Focus Group Discussion” (FGD) Peningkatan Kualitas Tata Ruang Kawasan Rawan Bencana Berbasis “Daerah Aliran Sungai” (DAS) di Garut 2017.
Pada helatan diselenggarakan Kementerian ATR BPN Dirjen Tata Ruang Direktorat Penataan Kawasan, di Garut Jum’at (10/03-2017) tersebut, Heri Andreas mengemukakan pula hingga kini masih belum ada model program menyeluruh dalam upaya mitigasi bencana banjir di Indonesia.
Kecuali di Jakarta, Bandung, dan Semarang, itu pun masih belum sempurna. Karena hingga hari ini pun masih terjadi banjir, ungkapnya.
Bahkan belum ada pula program menyeluruh dari pemerintah tentang penyediaan model akurat“Digital Elevation Model” (DEM), serta geometri sungai-sungai yang peranannya sangat krusial dalam permodelan banjir yang baik, tandasnya.
Dikatakan, prelinimary model banjir Garut, menunjukan model banjir dapat memberikan informasi yang berguna untuk evaluasi mitigasi bencana, untuk evaluasi penataan ruang, perhitungan kerugian, serta kepentingan lainnya.
Catatan penting yang harus kita perhatikan, imbuh Heri Andreas, kita membutuhkan data-data penting bagi pembuatan model seperti DEM, Geometri sungai, data curah hujan yang akurat, dan data-data penting lainnya.
Menyusul meski disimulasikan land use di hulu Sungai Cimanuk masih bagus (hijau-hutan), namun banjir tetap terjadi, kendati juga magnitude-nya lebih kecil.
Disini bisa dilihat peran curah hujan, dan peran “wadah” sangat signifikan faktor-faktor ini menjadi faktor kunci yang dominan.
Dengan fakta ini perlu untuk dilakukan penelaahan banjir secara menyeluruh, dan akurat untuk bahan evaluasi penataan ruang, imbuhnya.
Antara lain juga dipaparkan, beberapa skenario model banjir harus dibuat dalam memutuskan bentuk tata ruang yang akan dibuat, di bantaran Sungai Cimanuk.
Skenario ini, imbuhnya pula, bakal erat hubungannya dengan mitigasi bencana di sekitar bantaran Sungai Cimanuk. Worse Scenario akan menjadi best mitigation, kata Heri Andreas.
Nara sumber lain di antaranya Kepala Seksi Perencanaan Ruang Bidang Penataan Ruang pada Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Garut, Cep Ayi Fitriana, ST, MAP yang detail mempresentasikan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan Garut.
Nara sumber dari Bappeda kabupaten setempat mempresentasikan pula pentingnya mitigasi bencana dalam tata ruang, terdapat juga nara sumber dari KLH.
*******