Pelajaran dari Musibah

Pelajaran dari Musibah

754
0
SHARE
Tim gabungan yang terdiri atas TNI, Polri, Basarnas, dan lembaga lain terus melakukan evakuasi dan pencarian korban gempa di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) pada Senin (13/8). Foto: dok. Posko PDB Gempa Lombok

Selasa 14 Agustus 2018 16:24 WIB
Red: Agung Sasongko

“Allah mencintai dan menyayangi hamba-Nya yang beriman”

REPUBLIKA.CO.ID,OLEH FAJAR KURNIANTO

Tim gabungan yang terdiri atas TNI, Polri, Basarnas, dan lembaga lain terus melakukan evakuasi dan pencarian korban gempa di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) pada Senin (13/8). Foto: dok. Posko PDB Gempa Lombok

Allah mencintai dan menyayangi hamba-Nya yang beriman. Di antara tanda cinta-Nya adalah dengan memberinya musibah sebagai cobaan dan ujian baginya. Dalam hadis dikatakan semakin berat musibah yang dialami orang beriman, semakin besar pula balasan kebaikannya.

Nabi bersabda, Sesungguhnya balasan yang besar berkaitan dengan musibah yang besar. Sungguh jika Allah mencintai suatu kaum, Dia akan menimpakan musibah kepada mereka.

Siapa saja yang ridha dengan musibah itu, ia pun akan mendapat ridha Allah. Dan, siapa saja yang tidak ridha, Allah pun akan murka.(HR Ibnu Majah).

Allah tidak pernah menyia- nyiakan amal atau perbuatan baik hamba-Nya. Kebaikan akan selalu dibalas dengan kebaikan. Dengan ridha terhadap ketentuan Allah dalam hal musibah atau apapun yang dipandang buruk, Allah pun membalas dan menggantinya dengan yang lebih baik.

Selalu ada kebaikan pada setiap hal, apalagi jika itu berkaitan dengan Allah, seperti musibah. Allah menimpakan musibah bukan karena membenci orang beriman atau marah terhadap mereka. Seperti yang Allah katakan dalam hadis qudsi, Sesungguhnya rahmat-Ku (cinta dan kasih sayang) mendahului murka-Ku.(HR al-Bukhari dan Muslim).

Ridha dengan musibah yang Allah timpakan merupakan bentuk kesadaran bahwa Allah tengah memberikan perhatian dan peringatan ekstra. Manusia, sesuai dengan namanya, insan, memang kerap lupa dan lalai serta salah jalan sehingga perlu diperingatkan.

Dengan kesadaran itu, manusia kemudian berpikir, merenung, mengintros peksi, dan mengevaluasi apa yang telah dilakukan pada masa sebelumnya. Bisa jadi ada hal buruk yang telah dilakukan, baik disengaja maupun tidak.

Selanjutnya, ia akan meminta ampun dan maaf, memperbaiki diri, dan melakukan hal yang lebih baik dan bermanfaat pada masa berikutnya.

Musibah yang merupakan cobaan dan ujian dari Allah, selain merupakan bentuk cinta dan sayang Allah, adalah juga cara Allah untuk memuliakan dan meningkatkan derajatnya di akhirat serta kualitas dirinya di dunia.

Nabi SAW mengatakan, Seorang hamba memiliki suatu derajat di surga. Ketika ia tidak bisa mencapai derajat itu dengan amal-amal kebaikannya, Allah akan menguji dan memberinya cobaan agar ia dapat mencapai derajat itu. (HR ath-Thabrani).

Musibah diturunkan oleh Allah. Dia pula yang mengangkatnya. Orang beriman seyogianya ridha menerimanya, karena itu peringatan dari Allah agar ia memperbaiki diri untuk ke depannya.

Ibnu Athaillah as- Sakandari dalam kitab al-Hikam mengatakan, Jangan mengadukan musibah kepada selain Allah. Karena, Allah semata yang menurunkannya. Bagaimana selain Allah dapat mengangkat musibah yang telah Dia tetapkan?

Bagaimana mungkin orang yang tidak bisa mengangkat musibah dari dirinya sendiri bisa mengangkat musibah dari orang lain?

Allah mencintai, menyayangi, dan memuliakan orang beriman dengan musibah yang Dia timpakan. Orang beriman seyogianya menyikapi musibah itu dengan tabah, ridha, dan sabar. Selanjutnya, mengadukannya kepada Allah, mengintrospeksi dan mengevaluasi diri, kemudian memperbaiki diri. Wallahu a’lam.

*******

Republika.co.id

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY