Garut News ( Jum’at, 22/09 – 2017 ).
Semarak menyambut tahun baru Hijriyah, 1 Muharram 1439, umat Islam dari pelbagai kalangan pada setiap pelosok di Kabupaten Garut, Jawa Barat, menggelar ragam kegiatan.
Juga terutama kalangan lembaga pendidikan, pondok pesantren, majlis taklim, Dewan Kemakmuran Masjid, serta organisasi kemasyarakatan.
Di antaranya berupa tausiah pengajian, do’a bersama, dan long march pawai tarhib Muharram, serta sejumlah perlombaan.
— Pada pelbagai kegiatan tersebut, salah satu yang menarik yakni long march pawai obor menyemarakkan suasana malam pertama bulan Muharram yang dikenal orang Jawa dengan sebutan bulan Suro itu. Nyala obor tampak memandu para peserta pawai yang mengular menerabas kegelapan malam sambil tak henti-henti terdengar lantunan takbir, tahlil, tahmid, tasbih, serta lantunan zikir, dan ayat suci al Qur’an.
Seperti digelar ratusan santri/santriwati Pondok Pesantren al Furqon Muhammadiyah Boarding School Cibiuk Kabupaten Garut.
Mereka long march berbekal obor terbuat dari bahan potongan bambu berisikan minyak tanah untuk penerangan jalan. Mereka juga bergerak sejak dari lingkungan Pondok Pesantren di Kampung Pulo Baru Desa Cibiuk Kaler melintasi rute Nagrak, Cirelang, Ciloa, Neglasari dan sejumlah perkampungan penduduk lainnya kemudian kembali ke pondok.
Kendati rute mereka tempuh cukup jauh, mencapai sekitar lima kilometer, namun tampak bersemangat seakan tak mengenal lelah. Demi menyampaikan pesan kepada masyarakat khususnya umat Islam bila mereka punya penanggalan sendiri yang harus diketahui, dan dipahami karena sangat erat kaitannya dengan praktik-praktik ibadah dalam Islam.
Baik bersifat wajib maupun sunnah. Antara lain shaum Ramadlan, Idul Fitri, ibadah haji, Idul Adha, ibadah kurban, dan shaum di pertengahan bulan.
“Kita adakan kegiatan ini untuk mengingatkan masyarakat, khususnya masyarakat sekitar, dan santri sendiri, terhadap pentingnya pengenalan dan penggunaan kalender Islam kalender Hiriyah. Banyak anak-anak kita, kalangan generasi muda, tak hafal bahkan tak tahu tentang kalender Hijriyah. Termasuk penghitungan tanggalnya yang dimulai dari tenggelamnya matahari atau maghrib. Beda dengan penanggalan masehi dihitung dari tengah malam,” ungkap salah seorang Pembina Santri Pondok Pesantren Al Furqon MBS Cibiuk Dian Nurdiansyah, didampingi pengurus Awaluddin, Rabu (20/09-2017).
Sehingga diharapkan, melalui peringatan tahun baru Hijriyah itu selain menjadi ajang bermuhasabah (instrospeksi diri) untuk bisa hijrah ke cara hidup berkehidupan yang lebih baik, juga lebih mengakrabkan umat Islam terutama kalangan generasi muda pada hal-hal bernuansa dan bernilai islami sejak dini.
“Kita juga tak berharap anak-anak kita terjerumus pada kegiatan hura-hura seperti sering dilakukan orang ketika terjadi pergantian tahun baru Masehi,” imbuh Dian.
Di tempat lain, sedikitnya 28 kepala keluarga dengan jumlah jiwa 127 pengungsi korban terdampak banjir bandang sungai Cimanuk menempati hunian sementara LPSE Garut tak ingin tertinggal mengikuti kegiatan menyambut tahun baru Hijriyah.
Apalagi waktunya bersamaan dengan refleksi satu tahun kejadian bencana banjir Cimanuk menimpa mereka pada 20 September 2016 lalu.
“Selain do’a bersama sekaligus menyambut tahun baru Hijriyah 1439, ini sebagai kegiatan evaluasi diri dan kondisi selama ini terjadi,” kata salah seorang pengungsi Heni Titin (60).
Warga Margamulya Pataruman Tarogong Kidul juga bersemangat menyambut tahun baru Hijriyah dengan mengikuti “Apel Keimanan dan Taqwa Al Qulub” digelar DKM Al Mustaqim mulai Kamis hingga Jum’at (21-22/9/17).
Selain pengajian keagamaan, digelar pula kegiatan lomba hapalan ayat/surat al Qur’an bagi anak-anak, makan bareng nasi liwet, dan gerakan kebersihan serta keindahan lingkungan masing-masing rumah warga dan sarana umum. (zainulmukhtar).
*******