Garut News ( Sabtu, 13/12 – 2014 ).

Foto berita akhir pekan ini, Sabtu (13/12-2014), garutnews.com menampilkan sisi menarik kesenyapan abadi kerap dialami kalangan pengamat, di Pos Pengamatan Gunungapi Papandayan pada “Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi” (PVMBG).
Namun kesunyian seputar Pos Pengamatan pada perbukitan berelevasi 1.156 mdpl di wilayah Kecamatan Bayongbong, Garut, Jawa Barat tersebut, senantiasa bisa mereka nikmati.

Meski lebih banyak bertemankan tak hentinya derit ketukan jarum seismograf analog.
Serta tampilan digital beragam piranti penunjang lain, termasuk visual seputar Kawah Emas, Kawah Baru, dan Kawah Nangklak Gunungapi Papandayan acap terselimuti kabut tebal terekam CCTV.
Momon bersama rekannya, Krisno dan Johan, selama ini pula “concern” dengan komitmennya masing-masing, menelisik serta melaporkan setiap dinamika denyut nadi gunungapi itu.

Lantaran kegempaan vulkanik dan tektoniknya, yang sejak 2011 hingga kini masih berstatus “waspada”, kerap pula berlangsung fluktuatif.
Momon beserta dua rekannya, mengamati pula perkembangan seputar Kawah Walirang (2.193 mdpl), Kawah Maung (1.864 mdpl), Kawang Nangklak (2.
Sehingga sejak pertengahan Nopember 2014 Tim dari PVMBG memproses pemasangan tiga jenis perangkat pemantau baru.

Penanggungjawab Pos Pengamatan Gunungapi Wilayah Barat, Dr Heti Triastuti kepada Garut News di Gunungapi Papandayan, Sabtu (22/11-2014), katakan produk kerja ketiga jenis piranti ini, dapat langsung dipantau pada Pos Pengamatan Gunungapi Papandayan.

Pemasangan dilakukan pada hamparan Gunung Walirang berupa CCTV, kemudian pada lokasi beda berlangsung pemasangan Depormasi atawa Tilt Meter, guna mengetahui besarnya pembengkakan badan gunung.
Serta pemasangan perangkat pengukur suhu tanah.
Gunungapi Papandayan berketinggian 2.665 mdpl atawa 1.950 meter di atas dataran kota Garut, bertipe Strato tipe A.

Pertama kali meletus pada sekitar 11-12 Agustus 1771, berkarakter letusan berupa erupsi eksplosif preatomagmatik berskala menengah (dimanifestasikan sejumlah endapan aliran dan jatuhan piroklastik).

Heti Triastuti juga menyesalkan kian banyaknya pengunjung termasuk anak-anak, padahal gunungapi ini masih berstatus waspada.


Didesak pertanyaan Garut News mengenai upaya mencegah bahaya bagi pengunjung dan masyarakat, Heti Triastuti katakan tergantung kebijakan Pemkab setempat.