Nelayan Selatan Garut Kini Terpaksa Bekerja Serabutan

Nelayan Selatan Garut Kini Terpaksa Bekerja Serabutan

1047
0
SHARE
Kalangan Nelayan Terpaksa Bekerja Serabutan, Termasuk Mengasah Mata Kail Penangkap Ikan.

Esay/Fotografer : John Doddy Hidayat

Garut News ( Selasa, 21/03 – 2017 ).

Kalangan Nelayan Terpaksa Bekerja Serabutan, Termasuk Mengasah Mata Kail Penangkap Ikan.
Kalangan Nelayan Terpaksa Bekerja Serabutan, Termasuk Mengasah Mata Kail Penangkap Ikan.

Kalangan nelayan di sepanjang pesisir pantai Selatan Kabupaten Garut, Jawa Barat, kini terpaksa harus bekerja serabutan, lantaran selama ini dihantui gelombang tinggi disertai angin sangat kencang sehingga bisa membahayakan jika memaksakan diri melaut.

Kondisi gelombang yang rata-rata mencapai sekurangnya setinggi tiga meter tersebut, apabila dipaksakan melaut pun dipastikan hasil tangkapan ikannya sangat minim, bahkan bisa tak mendapatkan sama sekali hasil tangkapan itu.

Pemilik Perahu Terpaksa "Menggudangkan" Empat Mesin Tempel yang Dimilikinya.
Pemilik Perahu Terpaksa “Menggudangkan” Empat Mesin Tempel yang Dimilikinya.

“Para nelayan pesisir pantai Selatan pada musim angin barat ini kerap mengalami kegagalan menangkap ikan,” ungkap beberapa nelayan di Pameungpeuk, Selasa (21/03-2017).

Sehingga terpaksa mereka harus ikhlas menerima kenyataan pahit juga sangat “getir”, lantaran pengorbanan tenaga, waktu, pikiran, besarnya ongkos melaut, malahan sekaligus bertaruh nyawa selama mencari tangkapan ikan, acap sama sekali tak membuahkan hasil.

Demikian antara lain dikemukakan pula sejumlah nelayan lainnya.

Termasuk Alit (37), nelayan pesisir Pantai Rancabuaya di wilayah Kecamatan Caringin.

Kondisi Lepas Pantai Selatan Garut, Disertai Angin Kencang.
Kondisi Lepas Pantai Selatan Garut, Disertai Angin Kencang.

Ayah emat anak itu kepada Garut News, katakan kerap berangkat melaut bersama dua rekannya menggunakan perahu bermesin tempel pada, kemudian keesokan harinya kembali pulang merapatkan kembali perahunya ke pesisir pantai pada pukul 07.30 WIB.

Dengan total biaya dikeluarkan memenuhi kebutuhan bahan bakar serta akomodasi selama mencari ikan mencapai Rp300 ribu, namun sama sekali tak membuahkan hasil tangkapan ikan.

“Namun itu pun harus bersyukur sebab masih bisa kembali pulang dengan selamat,” ungkap Alit.

Derasnya arus laut dengan ketinggian ombak cukup tinggi juga acap sempat terjadinya badai, meski biasanya berlangsung selama 30 menit tetapi sangat kencangnya hempasan angin disertai hujan deras terasa hingga menyapu sepanjang lintasan pesisir bibir Pantai Rancabuaya.

Menajamkan Mata Kail.
Menajamkan Mata Kail.

Sedangkan dampak lainnya berupa tingginya harga ragam jenis ikan laut, hingga mencapai harga berkisar Rp50 ribu hingga seratusan ribu rupiah per kilogram.

Bisa diperoleh pada “Tempat Pelelangan Ikan” (TPI) Rancabuaya.

Masih menurut Alit, dia bersama rekan nelayan pernah pula melaut mencari ikan hingga beradius sangat jauh dengan total biaya dikeluarkan mencapai Rp1,8 juta.

Namun hasil tangkapan yang berhasil diperoleh, benar-benar hanya bisa menutupi pemenuhan kebutuhan yang dikeluarkan, sehingga mencari ikan selama dua hari dua malam sama sekali tak bisa membawa uang ketika pulang ke rumah, ungkap Alit.

 

**********

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY