Red: Agus Yulianto
REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Mashun Sofyan *)
Pemimpin adalah mereka mereka yang mempunyai tanggung jawab besar atas masyarakat, dan lebih besar lagi kepada Allah SWT. Yang dengan kekuasaan dan tanganya, berpotensi mendzolimi atau justru memberikan keadilan dan kebaikan bagi banyak orang.
Dengan kekuasaannya pula, peraturan-peraturan maupun kebijakan, mampu terealisasi. Sungguh, pemimpin merupakan contoh dan panutan, setiap tindakan dan tutur katanya dapat diikuti banyak orang, ditiru hingga menjadi pemahaman umum di tengah-tengah masyarakat.
Perkataan Presiden Jokowi saat meresmikan tugu titik nol Peradaban Islam Nusantara di Kecamatan Barus, Tapanuli Tengah, Sumatera Utara pada Jumat 24 Maret lalu dengan mengatakan untuk “dipisah betul, sehingga rakyat tahu mana yang agama, mana yang politik”.
Jelas telah memukul hati kami umat Muslim dan membuat kami semakin yakin bahwa bapak tidak akan menggunakan agama dalam perpolitikan di negeri ini, sehingga pengaturan urusan kehidupan segala lini dipisahkan dengan agama, itulah sekulerisme.
Jika bapak seorang Muslim, maka mengertilah arti politik dalam Islam. Bahwasannya, dalam Islam politik bukanlah sesuatu yang kotor. Politik Islam tidak identik dengan rebutan kedudukan dan kekuasaan serta politik korup saling sandera ala demokrasi sekuler.
Politik (siyâsah) merupakan pengurusan urusan umat, perbaikan, pelurusan, menunjuki pada kebenaran dan membimbing menuju kebaikan. Karena itu, dalam Islam, politik amatlah mulia bapak. Sehingga, Islam dan politik tak bisa dipisahkan ibaratkan dua sisi mata uang.
Alasannya bapak, pertama, Islam adalah agama yang syamil (menyeluruh) yang mengatur berbagai aspek kehidupan. Syariah Islam bukan hanya mengatur masalah ibadah ritual, moralitas (akhlak), ataupun persoalan-persoalan individual saja.
Syariah Islam juga mengatur mu’amalah seperti politik pemerintahan, ekonomi, sosial-budaya, pendidikan, dsb. Islam pun mengatur masalah ‘uqûbah (sanksi hukum) maupun bayyinah (pembuktian) dalam pengadilan Islam. Bukti dari semua ini bisa kita lihat dalam kitab-kitab fikih para ulama terkemuka yang membahas perbagai persoalan mulai dari thaharah (bersuci) hingga imamah/khilafah (kepemimpinan politik Islam) Pak.
Kedua, umat membutuhkan pengurusan sistem politik secara menyeluruh yakni pemimpin dan sistem kepemimpinan yang baik (shaleh), maka pemimpin yang shaleh saja tidak cukup pak, karena permasalahan di negeri ini adalah bercokolnya sistem kapitalistik-sekuler yang begitu nyata kerusakanya di muka bumi.
Saya rasa bapak pun mengetahui hal itu. Namun, juga dibutuhkan sistem kepemimpinan negara yang berfungsi untuk menjalankan roda kebijakannya untuk mengurusi urusan umat. Itulah khilafah Islamiyah bapak.
Dan jika bapak sudah mengetahui ini berdasar dari lisan kami untuk mengingatkan sesama Muslim, namun bapak tidak menjalankannya, sungguh Allah akan memberikan balasan bagi orang yang menolak kebenaran. Semoga hal ini menjadi renungan dan teguran kami kepada bapak Jokowi. Semoga bapak berkenan membaca hingga Allah mendatangkan hidayah kepada bapak dan mengampuni apa yang telah bapak ucapkan.
*) Ketua BE BKLDK Jawa Barat.
*******
Republika.co.id