Red: Damanhuri Zuhri
REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Imron Baehaqi
Garut News ( Kamis, 15/12 – 2016 ).
Azab adalah siksa Allah SWT yang ditimpakan kepada siapa saja yang Ia kehendaki (QS al Baqarah [2]: 284). Dari segi waktu atau tempatnya, siksa dibagi kepada tiga bagian. Siksa dunia, siksa kubur dan siksa akhirat.
Dari segi sifatnya, azab terdiri-dari berbagai macam jenis. Misalnya, azaban muhina (azab yang sangat menghinakan), azaban aliima (siksa yang sangat pedih) dan azaban syadida (siksa yang sangat keras), azabun muqim (siksa yang kekal) dan azabun ‘azhim (siksa yang sangat dahsyat).
Di dunia, azab yang diturunkan juga memiliki varian bentuknya. Azab berupa kehinaan, wabah penyakit, gempa yang kuat, angin topan, banjir, petir, kebakaran besar dan sebagainya. Di akhirat, azab yang disiapkan pastinya lebih besar (QS al-Qalam [68]:33).
Adapun perangai yang menyebabkan turunnya azab Allah di dunia adalah sebagai berikut. Pertama, kekufuran manusia. Kekufuran ini merupakan penyebab utama yang mengundang turunnya azab Allah di dunia( QS Ali Imran [3]:56).
Seperti kaum Tsamud, mereka dibinasakan dengan kejadian yang luar biasa. Kaum Ad, mereka dibinasakan dengan angin yang sangat dingin lagi amat kencang. Allah SWT menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam dan delapan hari terus menerus.
Saat itu kaum Ad mati bergelimpangan seakan-akan mereka tunggul-tunggul pohon kurma yang telah kosong (lapuk). Azab dahsyat itu meluluhlantahkan mereka sehingga tidak ada seorang pun yang tersisa hidup di antara mereka(QS. al-Haaqah [69]: 5-8). Mereka semua binasa dalam sekejap mata.
Kedua, orang yang menghalang-halangi menyebut nama Allah di masjid-masjid-Nya dan berusaha untuk merobohkannya (QS al-Baqarah [2]:114). Termasuk dalam perbuatan ini adalah mencegah orang lain berbuat kebajikan, menjegal orang berkunjung ke masjid, mempersulit dan bahkan menindasnya.
Ketiga, menyakiti Allah SWT dan Rasul-Nya. Maknanya, mendustakan dan berpaling dari agama Allah dan Rasul-Nya. Termasuk, melakukan penghinaan atau penistaan terhadap nilai-nilai dan syiar-syiar agama-Nya (QS al-Ahzab [33]:57). Keempat, memerangi Allah dan RasulNya, sekaligus melakukan kerusakan di muka bumi (QS al-Maidah [5]:33).
Kelima, sifat bakhil atau kikir. Siapa pun yang memperoleh anugerah harta, tetapi mereka bersikap kikir dan tidak peduli dengan kesulitan dan penderitaan orang-orang lemah (kaum dhu’afa) yang ada di sekitarnya, maka sifat bakhil ini dapat menyebabkan pelakunya ditimpa siksa di dunia. Sebagaimana terjadi pada pemilik-pemilik kebun yang dikisahkan dalam Alquran (QS al Qalam [68]: 17-33).
Tentu, masih banyak prilaku yang secara langsung mengundang azab Allah di dunia. Tak terkecuali, para penguasa yang tidak adil atau zalim. Disadari atau tidak, ancaman siksa dunia sebetulnya sedang mengintainya setiap saat. Kisah tentang kaum ‘Ad, Iram, Tsamud, Fir’aun dan seumpamanya yang diabadikan dalam Alquran, sejatinya menjadi pelajaran dan peringatan.
Besarnya nikmat kekuatan dan kekuasaan yang mereka peroleh, semestinya digunakan untuk mengingat kebesaran Allah, mengabdi dan beribadah kepada-Nya. Sekaligus mensucikan dan mengagungkan-Nya. Menegakkan keadilan, membela kebenaran dan membangun suasana yang damai dan menentramkan di kalangan umat manusia. Termasuk, sungguh-sungguh mencegah segala bentuk kemungkaran.
Begitulah idealnya. Tapi, justru sebaliknya, mereka berbuat sewenang-wenang, angkuh, jahat, berbuat makar dan varian kezaliman lainnya. Sehingga Allah SWT membalas perbuatan buruk mereka dengan azab dunia yang menghinakan dan bahkan membinasakan.
Oleh sebab itu, azab yang terjadi dunia ini, yang dapat dirasakan atau disaksikan langsung oleh mata kepala, ataupun azab yang ditunjukkan lewat kisah-kisah yang diwahyukan Allah, seyogyanya menjadi pelajaran dan peringatan yang menghadirkan manfaat dan hikmah.
Bagi orang Mukmin atau siapa saja yang hendak membuka mata, telinga dan hatinya. Dengan kata lain, turunnya azab dunia hendaklah dijadikan sebagai nasihat berharga, yang mampu menambah keyakinan kepada Allah SWT, memperbanyak ibadah atau amal sholeh. Atau menjadi energi yang mendorong seseorang untuk bertaubat, kembali kepada pangkuan ridha Allah SWT.
Begitu pula, adanya azab dunia diharapkan menjadi benteng yang dapat menjaga seseorang dari sikap putus asa dari rahmat Allah. Terutama bagi orang-orang Mukmin, pada saat dirinya diperlakukan tidak adil oleh orang-orang yang zalim, maka mereka tetap optimistis dan yakin bahwa Allah SWT akan memuliakannya.
Sedangkan orang-orang yang zholim atau manusia perusak di muka bumi, mereka akan memperoleh kehinaan, baik ketika masih hidup, atau pun setelah kematiannya nanti.
Mudah-mudahan, kita termasuk golongan manusia yang selamat dan beruntung. Dijauhkkan dari segala macam azab Allah, baik azab dunia, azab kubur dan azab akhirat. Amin. Wallahu A’lam al Musta’an.
*********
Republika.co.id