Milad Seabad ‘Aisyiah Hanya Dihadiri Istri Wabup

Milad Seabad ‘Aisyiah Hanya Dihadiri Istri Wabup

832
0
SHARE

Garut News ( Selasa, 27/05 – 2014 ).

Yati Rosyati Damiri.
Yati Rosyati Damiri.

Milad atawa peringatan satu abad (seabad) ‘Aisyiah tingkat Kabupaten Garut, Jawa Barat, Selasa (27/05-2014), ternyata hanya dihadiri istri “Wakil Bupati” (Wabup) setempat, Ny. Hani Helmi Budiman.

Padahal, jauh sebelumnya terdapat pejabat teras diundang resmi, terutama Bupati Rudy Gunawan, juga Wabup Helmi Budiman.

Sehingga ketakhadiran figur bupati banyak disesalkan banyak kalangan atawa ibu-ibu ‘Aisyiah, terutama pihak penyelenggara.

Lantaran helatan puncak acaranya berlangsung di gedung pendopo kabupaten, maupun hanya beberapa langkah jaraknya dari kediaman dinas bupati.

Hanya Dihadiri Istri Wakil Bupati Garut, Ny. Hani Helmi Budiman.
Hanya Dihadiri Istri Wakil Bupati Garut, Ny. Hani Helmi Budiman.

“Jika bupati berhalangan, sebenarnya bisa diwakilkan pada pejabat lainnya, sehingga tak hanya dihadiri kalangan ibu-ibu ‘Aisyiah serta unsur Pimpinan Daerah Muhammadiyah, tamu undangan dari Jakarta pun bisa menghadirinya,” ungkap penyelenggara, termasuk anggota ‘Aisyiah asal Yogyakarta.

Ketua PDA Garut, Yati Rosyati Damiri, mengemukakan ‘Aisyiyah gerakan Islam reformis sejak awal kelahirannya membawa, dan mewujudkan misi Islam berkemajuan, gerakan perempuan Muhammadiyah melewati masa cukup panjang dalam pergerakannya memajukan kehidupan bangsa, khususnya kemajuan umat, bangsa, dan kemanusiaan universal.

Antara Lain Tampilkan Atraksi Seni Pertunjukan Angklung.
Antara Lain Tampilkan Atraksi Seni Pertunjukan Angklung.

Itulah perjuangan organisasi berbingkai panggilan suci, dan mulia mengemban misi dakwah amar maruf nahi munkar, mewujudkan Islam sebagai rahmatan lil alamin.

Panggilan suci dan mulia tersebut, digerakan Nyai Walidah Dahlan, dan para tokoh perempuan Muhammadiyah, dan ‘Aisyiyah generasi awal meletakkan fondasi gerakan.

Kelahiran ‘Aisyiyah, tonggak penting mata rantai perbaruan Islam di Indonesia awal abad kedua puluh, jauh sebelum Indonesia merdeka, ketika paham agama dan budaya masyarakat saat itu membelenggu dunia perempuan.

Maka berdirinya ‘Aisyiyah, lompatan sejarah sangat penting lantaran cenderung menentang arus kejumudan.

Milad Satu Abad 'Aisyiah di Gedung Pendopo Kabupaten Garut, Selasa (27/05-2014).
Milad Satu Abad ‘Aisyiah di Gedung Pendopo Kabupaten Garut, Selasa (27/05-2014).

‘Aisyiah bahkan pada usianya satu dasawarsa dari kelahirannya ikut meletakkan fondasi bagi kebangkitan perempuan Indonesia, salah satu pelopor lahirnya kongres perempuan pertama 1928.

Pada kongres itu, dua utusan ‘Aisyiyah, Siti Munjiyah dan Hayinah Mawardi menjadi peserta sekaligus menyampaikan pidato, berisi menyampaikan uraian pentingnya menegakkan harkat martabat kaum perempuan, dan persatuan perempuan Indonesia.

Ditakar dari situasi saat itu serba membelenggu dunia perempuan, kelahiran ‘Aisyiyah sungguh lompatan melampaui zamannya.

Maka, baik Kyai Dahlan maupun Nyai Walidah selaku pelopor berdirinya Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah oleh Pemerintah Indonesia  diangkat sebagai Pahlawan Nasional.

Atraksi Semarakkan Milad 'Aisyiah.
Atraksi Semarakkan Milad ‘Aisyiah.

Melalui keputusan Presiden Nomor 657 tanggal 27 Desember 1961 yakni, “Dengan Organisasinya Muhammadiyah bagian Wanita atau ‘Aisyiyah telah mempelopori kebangunan wanita bangsa Indonesia untuk mengecap pendidikan dan berfungsi sosial, setingkat dengan kaum pria” (Hadikusuma, t.t:10)

Nyai Walidah Dahlan memiliki peran sejarah penting dalam pembaruan dunia perempuan Islam di Indonesia.

Junus Anis (1968:21) memberikan penilaian sebagai berikut: “Nyai Dahlan telah menanamkan benih dan menjadi pelopor masyarakat wanita untuk membuang kepercayaan kolot dengan bergerak maju dan berjuang, supaya tidak tertinggal dengan kaum laki-laki.

Foto Bersama Peraih Juara.
Foto Bersama Peraih Juara.

Besar pengorbanan beliau pada waktu itu, jika mengingat rintangan-rintangan dan celaan-celaan dari pihak “Kaum Tua” menganggap sepak terjang beliau sebagai pelanggaran kesusilaan wanita.

Mulai gerakan ‘Aisyiyah dipimpin beliau, membuka asrama dan sekolah putri, lalu mengadakan kursus-kursus pelajaran Islam dan pemberantasan buta huruf bagi kaum perempuan, kemudian mendirikan rumah-rumah miskin dan anak yatim perempuan, menerbitkan majalah bagi kaum wanita, dan lain-lain.

Semua itu, bisa dilangsungkan di seluruh Indonesia dengan dipimpin, diurus dan dikerjakan semata-mata tenaga kaum wanita belaka (Haedar Nashir, 2010).

 Refleksi Satu Abad

Yati Rosyati Damiri, juga mempresentasikan, kini ‘Aisyiyah menapaki perjalanan sejarah perjuangannya satu abad menurut hitungan tahun Hijriyah (27 Rajab 1435 Hijriyah), berkaitan memperingati peristiwa Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW, sementara menurut hitungan Miladiyah usia seabad ‘Aisyiyah tepat pada 19 Mei 1917.

Para pelopor ‘Aisyiyah sejak awal pergerakan merintis kiprah dengan ruh keyakinan keagamaan kokoh, jiwa ikhlas, pengetahuan dan kecerdasan luas, sikap rendah hati, keuletan dan pengalaman.

Kesungguhan serta pengkhidmatan tak kenal lelah dalam khazanah perjuangan kaum perempuan Islam.

Yakni perjuangan berjihad memajukan seluruh aspek kehidupan melalui penguatan spiritual, akhlak, pendidikan, kesehatan, ekonomi, kesejahteraan sosial, dan usaha-usaha lainnya.

Langsung berkiprah di basis masyarakat (komunitas – jamaah) tersebar di seluruh tanah air.

Keyakinan keagamaan kuat, pandangan luas, integritas dan komitmen para murid Kyai Dahlan, dan tokoh awal gerakan ‘Aisyiyah telah menjadi nila-nilai kepribadian utama dan luhur terus dipelihara.

Dihidup suburkan, serta diikuti para pimpinan ‘Aisyiyah pada saat ini, dan generasi penerusnya.

Spirit perjuangan kokoh, dan melintasi itulah membuat ‘Aisyiyah mampu bertahan, dan terus membawa misi kemajuan hingga usianya memasuki abad kedua.

Perjuangan ‘Aisyiyah dirintis Kyai Dahlan dan Nyai Walidah dalam lintasan sejarah awal abad kedua puluh menunjukkan usaha-usaha memajukan kehidupan perempuan Indonesia.

Kehadiran ‘Aisyiyah pada 1917 itu, langkah ijtihad menerjemahkan nilai-nilai ajaran Islam menghadapi struktur sosial dipengaruhi paham agama, dan budaya membelenggu dunia perempuan.

Melalui ‘Aisyiyah perempuan muslim tak hanya bergerak di ranah domestik, tetapi juga publik menunaikan dalam penguatan dan pembaruan keagamaan, pendidikan, kesehatan, pelayanan sosial, pembelaan kepada para dhuafa-musthad’adin dengan spirit al-Ma’un, dan kaderisasi generasi penerus umat, dan bangsa.

Selanjutnya, kiprah dakwah ‘Aisyiyah ini telah ditunjukkan terbentuknya Amal Usaha ‘Aisyiyah, pelembagaan usaha sistematik, dan nyata dikelola manajemen modern.

Amal usaha tersebut kelahirannya dimotori langsung para penggiat ‘Aisyiyah di pelbagai daerah bergerak di bidang pendidikan (dari tingkat PAUD/Taman Kanak-kanak BA sampai tingkat Perguruan Tinggi, termasuk pendidikan non formal).

Bidang kesejahteraan sosial (Panti asuhan atau pada awalnya disebut Rumah Yatim dan Rumah Miskin, Panti Lansia), bidang kesehatan (BUEKA-Bina Usaha Ekonomi Keluarga ‘Aisyiyah, Koperasi, maupun kelompok ekonomi lainnya)

Bidang hukum (Biro Konsultasi Hukum, Biro Konsultasi Keluarga Sakinah), PPKS dan banyak lagi amal usaha dengan nama dan kegiatan bervariasi ada di tingkat jamaah tersebar di seluruh Indonesia.

Selain terbentuknya amal usaha ‘Aisyiyah, gerakan ‘Aisyiyah juga menunjukkan posisi, dan peranan kuat keberadaannya di masyrakat sebab ditopang kegiatan berbasis pada jamaah atau komunitas di tingkat akar rumput.

Beragam kegiatan ‘Aisyiyah berkembang di masyarakat seperti penguatan dan peneguhan spirituals melalui media pengajian, dan pelbagai kegiatan keagamaan disebut tabligh.

Kegiatan lain, pembinaan, pendampingan, dan pemberdayaan masyarakat dikembangkan melalui model pendekatan ekonomi, kesehatan dan kesadaran kewarganegaraan dilaksanakan sesuai kebutuhan masyarakat setempat.

Keseluruhan kegiatan ‘Aisyiyah di tingkat basis komunitas tersebut, diarahkan pada peningkatan usaha-usaha penguatan nilai-nilai kehidupan utama sebagai hamba Allah, dan khalifah di muka bumi.

Sekaligus menyejahterakan kehidupan masyarakat, kegiatan di akar-rumput tersebut dibingkai gerakan Keluarga Sakinah dan Qaryah Thayyibah.

‘Aisyiyah pada periode awal, juga melakukan dakwah melalui pembentukan media massa cetak, yakni menerbitkan Majalah suara Aisyiyah pada 1927, dan kini masih tetap terbit dengan penampilan lebih maju.

Majalah tersebut berfungsi sebagai media berkomunikasi dengan banyak pihak, baik anggota, simpatisan, maupun masyarakat luas.

Ini menunjukan ‘Aisyiyah sejak awal berpikiran maju menggunakan media tertulis bagian dari kesadaran hidup di tengah kemodernan, padahal kala itu masyarakat Indonesia masih banyak buta huruf latin.

Kehadiran suara ‘Aisyiyah itu sangat penting sebagai media berdiskusi, dan curah ide tentang pelbagai pemikiran berkembang dalam organisasi.

Media menyampaikan pemikiran-pemikiran tentang pentingnya kemajuan perempuan, dan jendela ‘Aisyiyah berdialog dengan dunia luar.

Memasuki Abad Kedua

‘Aisyiyah, gerakannya memiliki perspektif, orientasi, dan strategi gerakan berlandaskan dan berparadigma pada ajaran Islam sebagaimana paham Muhammadiyah.

Perspektif ‘Aisyiyah dengan Perspektif Islam berkemajuan sebagaimana pernyataan Pikiran Muhammadiyah abad kedua, Islam itu agama mengandung nilai-nilai kemajuan (din al-hadharah).

Islam berkemajuan menyemaikan benih-benih kebenaran, kebaikan kedamaian, keadilan, kemaslahatan, kemakmuran dan keutamaan hidup dinamis bagi seluruh umat manusia.

Islam menjunjung tinggi kemuliaan manusia, baik laki-laki maupun perempuan tanpa diskriminasi.

Islam menggelorakan misi anti perang, anti terorisme, anti kekerasan, anti penindasan, anti keterbelakangan dan anti terhadap segala bentuk pengrusakan di muka bumi.

Seperti korupsi, penyalahgunaan kekuasaan, kejahatan kemanusiaan, eksploitasi alam, serta pelbagai kemunkaran menghancurkan kehidupan.

Islam secara positif melahirkan keutamaan memayungi kemajemukan suku bangsa, ras, golongan dan kebudayaan umat manusia di muka bumi. (PP Muhammadiyah 2010)

Dalam mewujudkan Islam berkemajuan Muhammadiyah merumuskan strategi gerakan pencerahan terdiri dari 3 aspek:

Pembebasan, Perubahan dari kondisi tertinggal, mundur menjadi tumbuh dan berkembang.

Dari terbelenggu menjadi terbebaskan.

Pemberdayaan, Penguatan berbagai aspek sehingga memiliki kekuatan mandiri, dari lemah menjadi berdaya.

Pemajuan, Kondisi yang maju memiliki nilai-nilai unggul.

Karenanya ‘Aisyiyah sebagai gerakan permpuan dituntut memahami secara luas dan mendalam tentang perspektif dakwah dan strategi gerakan pencerahan sebagai implementasi dari mewujudkan Islam berkemajuan.

Karena itu, seluruh usaha ‘Aisyiyah berorientasi pada dakwah dengan paham Islam berkemajuan dan terimplementasi dalam gerakan pencerahan.

Bagi ‘Aisyiyah pandangan Islam berkemajuan itu haruslah diwujudkan dalam agenda-agenda gerakan strategis di berbagai bidang garapannya.

Dalam bidang pemikiran, ‘Aisyiyah penting melakukan peneguhan dan pembaruan pandangan keislaman khususnya tentang perempuan.

Selama ini masih terdapat pandangan-pandangan keagamaan bersifat ekstrem dan cenderung bias terhadap perempuan, berakibat pada sikap merendahkan perempuan.

Pikiran-pikiran Islam berkemajuan tentang perempuan masih dianggap sebagai sekuler atau liberal, padahal memiliki fondasi dan bangunan kuat pada pemikiran Islam bersumber pada Al-Qur’an dan Sunnah Nabi yang maqbulah serta ijtihad.

Pemikiran Tarjih Muhammadiyah dengan pendekatan bayani, burhani, dan irfani sangat kuat sebagai dasar kuat pemikiran Islam berkemajuan khususnya bagi ‘Aisyiyah dalam mengembangkan pandangan-pandangan keislaman progresif tentang perempuan.

Pengembangan pemikiran Islam berkemajuan tersebut akan menjadi landasan bagi usaha-usaha tajdid di bidang kehidupan lainnya.

Pengembangan dan aktualisasi Islam berkemajuan bagi ‘Aisyiyah juga perlu ditingkatkan dalam usaha memperkokoh posisi dan fungsi Keluarga Sakinah.

Karena keluarga merupakan benteng dari kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara utama memerlukan penguatan terus-menerus.

Konsep penyempurnaan Keluarga Sakinah dirumuskan ulang Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah dan didiskusikan dengan Majelis Tarjih dan Tajdid dalam Musyawarah Nasional Tarjih di Palembang tahun 2014.

Merupakan bagian dari usaha pengembangan dan penguatan posisi dan fungsi keluarga Islami di tengah perubahan kehidupan kompleks saat ini.

Keluarga Sakinah merupakan basis bagi pembaruan masyarakat dan bangsa menuju peradaban utama.

Dalam pendidikan diperlukan pembaruan atau innovasi mengarah pada pengembangan kualitas lembaga-lembaga pendidikan ‘Aisyiyah dari taman kanak-kanak sampai perguruan tingginya, termasuk mengembangkan Universitas ‘Aisyiyah.

Lembaga pendidikan merupakan lahan tajdid ‘Aisyiyah mencerdaskan kehidupan bangsa dan membangun peradaban unggul.

Demikian pula dalam bidang-bidang lainnya seperti kesehatan, pelayanan sosial,  diarahkan untuk pemberdayan dan advokasi sosial membebaskan, memberdayakan dan memajukan kehidupan masyarakat secara keseluruhan.

Kepada seluruh warga ‘Aisyiyah selamat milad satu abad, bina persaudaraan, kekompakan dalam bekerja untuk kemaslahatan umat.

Terima kasih Saya ucapkan kepada seluruh tamu undangan hadir, para pendukung sponsor sehingga terselenggaranya Milad ‘Aisyiyah ini bertemakan:Satu Abad ‘Aisyiyah Mencerahkan Bangsa’,” ungkap Yati Rosyati Damiri.

******

Esay : John Doddy Hidayat.

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY