Meski Jalan Rusak, Ribuan Wisatawan Datangi Cikembulan

Meski Jalan Rusak, Ribuan Wisatawan Datangi Cikembulan

875
0
SHARE
Didatangi Ribuan Pengunjung.

“Seusai UAS, Ribuan Murid Berlibur di Taman Satwa Cikembulan”

Esay/Fotografer : John Doddy Hidayat

Garut News ( Kamis, 15/12 – 2016 ).

Didatangi Ribuan Pengunjung.
Didatangi Ribuan Pengunjung.

Meski lintasan ruas badan jalan sepanjang lima kilometer, menghubungkan Kadungora – Cikembulan – pertigaan Lintasan Leles – Situ Cangkuang, juga selama ini menjadi urat nadi mobilitas denyut perekonomian masyarakat sekitarnya, masih nyaris seluruhnya berkondisi rusak berat.

Namun Taman Satwa Cikembulan kian banyak dikunjungi wisatawan, bahkan pada Kamis (15/12-2016) terdapat ribuan pengunjung sebagian besar kalangan pelajar bersama para guru pembimbingnya masing-masing. Mereka mendatangi lembaga konservasi tersebut.

Nikmati Liburan Seusai Penyelenggaraan UAS.
Nikmati Liburan Seusai Penyelenggaraan UAS.

“Kami membawa rombongan murid SDN Sukajaya IV Tarogong Kidul ke taman satwa, guna memberikan edukasi mengenai konservasi kepada setiap seluruh anak didik pada satu-satunya taman satwa di Provinsi Jawa Barat ini,” ungkap Ketua Rombongan Wisata Edukatif itu, Ujang Karyana.

Masih menurut dia, keberadaan lembaga konservasi Taman Satwa Cikembulan semakin sangat diperlukan khususnya bagi kalangan pelajar, mahasiswa, juga kalangan ilmuwan terkait terjadinya dampak perubahan iklim.

Namun yang sangat disesalkan, berupa kondisi kerusakan lintasan badan jalan menuju obyek wisata pendidikan tersebut, semakin mengesankan diterlantarkan Pemkab setempat, ungkap para pengunjung lainnya termasuk Herman dari salah satu SDN di Kawasan Biru.

Orangutan Cikembulan Bersama Anaknya.
Orangutan Cikembulan Bersama Anaknya.

Ribuan pelajar mendatangi lembaga konservasi itu, sekaligus berlibur seusai diselenggarakannya UAS (Ujian Akhir Semester).

Selama ini pula, Taman Satwa Cikembulan Kadungora di Kabupaten Garut, Jawa Barat, dinilai kian memenuhi seluruh tiga pilar eko wisata. Terdiri ekologi, ekonomi, serta pilar sosial budaya dengan antara lain berbasiskan konservasi ragam satwa langka, yang dilindungi Undang-undang RI.

Demikian di antaranya konklusi perbincangan Garut News dengan kalangan mahasiswa ”Institut Pertanian Bogor” (IPB), yang menyelenggarakan praktek pengelolaan eko wisata selama 20 hari di lembaga konservasi tersebut.

Kera Albino.
Kera Albino.

Mereka terdiri empat mahasiswa “Diploma Tiga” (D3) Program Studi/Jurusan Eko Wisata, masing-masing Nadya Dwi Affiani, Windi Anggun Pratiwi, Lucky Dwi Feryanto, serta Mochamad Rifandi.

Affiani bersama ketiga rekannya katakan, malahan selama ini eksistensi Taman Wisata Cikembulan dengan beragam vegetasi dimilikinya, juga sangat berpotensi menjadi daya dukung pada kondisi lingkungan sekitarnya.

Kemudian pada pemenuhan pilar ekonomi, berupa multiplier effects menyusul keberadaan taman satwa itu, bisa memacu timbulnya kegiatan lain.

Atawa memiliki andil menggerakkan industri-industri lain sebagai pendukungnya. Lantaran komponen utama dimilikinya yakni daya tarik wisata berupa destinasi wisata, perhotelan, restoran dan transportasi lokal.

Antrian Pengunjung.
Antrian Pengunjung.

Dengan komponen pendukung lainnya, mencakup industri-industri bidang transportasi, makanan dan minuman, perbankan, atau malahan manufaktur, dapat dipacu dari industri pariwisata ini.

Sehingga “United nations World Tourism Organization” menyebutkan, Sekarang volume bisnis pariwisata setara, atau bahkan melampaui volume ekspor minyak, produksi makanan, atau mobil.

Sedangkan pilar sosial budaya yang selama ini pun dimiliki Taman Satwa Cikembulan, antara lain terjalinnya hubungan peran serta masyarakat sekitarnya, termasuk keterlibatan penduduk sebagai pekerja pengelola.

Koleksi Taman Satwa Cikembulan.
Koleksi Taman Satwa Cikembulan.

Masih menurut keempat mahasiswa tersebut, sebagai lembaga konservasi antara lain ditunjukan pada kemasan sarana kandang orangutan beserta wahana pendukungnya, dinilai berkondisi sesuai dengan habitatnya.

“Jika ingin menyelamatkan orangutan, selamatkan dulu hutan/habitatnya. Sebab orangutan, satwa langka yang sangat bergantung pada hutan,” imbuh Direktur Lembaga Konservasi Yayasan Orangutan Sumatera Lestari, Panut Hadisiswoyo.

Dikemukakan pula Windi Anggun Pratiwi juga ketiga rekannya, indikator tingkat kepuasan pengunjung meliputi “sangat tidak puas, tidak puas, biasa saja, agak puas, serta puas”.

Sayang Anak.
Sayang Anak.

Berdasar quisioner yang mereka tebar, tingkat kepuasan pengunjung taman satwa satu-satunya di Provinsi Jawa Barat itu, bertengger pada opini “agak puas”.

“Kepuasan pengunjung dipastikan bisa terwujud secara paripurna, apabila sarana infrastruktur jalan kabupaten menuju Taman Wisata Cikembulan berkondisi memadai, maupun tak seperti selama ini, dibiarkan terlantar”

Selain itu, masih perlu semakin dimaksimalkannya pemanfaatan seluruh “sumber daya” yang selama ini dimiliki taman satwa ini, sebab selama ini pun didukung panorama alami sangat memesona.

Melatih Keterampilan.
Melatih Keterampilan.

Kalangan mahasiswa pun, bakal mecoba menyamakan konsepsi formula paket wisata secara detail dengan sejumlah “interpretasi”, di antaranya terdapatnya lomba memancing, juga lomba fotografer.

Formula tersebut, dipastikan diawali kajian menyeluruh berbasis data, dan bukti, kemudian merumuskan kebijakan dengan kajian mendalam tentang arah dan strateginya ke depan.

Termasuk ketersediaan kelengkapan informasi pada brosur, serta pemandu wisata yang bisa mempresentasikan karakter setiap seluruh spicies koleksi taman satwa.

Jika perlu mendatangkan akhlinya menyelenggarakan diklat pemandu.

Surili Cikembulan.
Surili Cikembulan.

Lembaga Konservasi Taman Satwa Cikembulan, terbaring bisu di atas areal seluas sekitar lima hektar, pada sepanjang 2015 lalu, bisa didatangi sedikitnya 150 ribu pengunjung.

Maupun meningkat dibandingkan sepanjang Januari – Desember 2014 lalu didatangi 145 ribu pengunjung Sedangkan kunjungan liburan panjang pergantian tahun 2015-2016 mencapai sekitar 30 ribuan.

Selama rentang waktu, sejak awal hingga akhir Desember 2015. Atawa meningkat dibandingkan periode sama tahun sebelumnya. Terdapat 25 ribu pengunjung. Pada liburan pergantian tahun 2016-2017 ini pun optimis bisa mencapai di atas 30 ribuan.

Totalitas koleksi satwa di lembaga konservasi satwa langka, dan dilindungi Undang-undang RI ini. Sekarang mencapai sedikitnya 563 terdiri 114 spesies.

Termasuk orangutan, kera besar yang sukar dipahami namun ternyata memiliki kebudayaan turun-temurun, juga terdapat koleksi kera albino.

Lembaga konservasi tersebut, juga dilengkapi ragam permainan atraksi anak-anak bernuansakan edukatif termasuk sarana out bond anak-anak, yang bisa dinikmati secara gratis.

 

*********

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY