Red: Agung Sasongko
Oleh: Abdul Muid Badrun
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Malam itu, saya sengaja mencari mesin ATM salah satu bank umum syariah untuk keperluan transfer. Setelah selesai urusan, saya pulang. Namun, langkah saya terhenti oleh seorang bapak tua yang sedang menjajakan dagangannya.
Saya masuk mobil dan saya lihat dari dalam mobil ternyata bapak tua itu buta matanya. Setiap ada yang beli, uangnya didekatkan pada salah satu matanya. Agar tidak salah. Selama 15 menit saya melihat sikap Pak Tua tersebut.
Kemudian saya keluar menemuinya dan membeli kerupuknya. Harganya Rp 10 ribu/bungkus. Saya beli satu bungkus dan saya berikan uang Rp 50 ribu. Senyum gembira terlihat jelas dari muka bapaknya. Lalu terucap doa tulusnya: “Semoga Masnya diberikan rezeki yang berkah dan umur yang manfaat.” “Amin,” jawab saya.
Setelah itu saya bertanya, “Tinggal di mana, Pak?” “Cipadu, Mas.” “Bapak sudah berapa lama jualan kerupuknya?” tanya saya. “Dua tahun, Mas.”
Setiap harinya, bapak penjual kerupuk ini berjalan kaki dari satu minimarket ke minimarket lainnya. Setiap bertemu minimarket selalu berhenti duduk dan menggelar jualannya.
“Sebelumnya jualan apa, Pak?” tanya saya. “Saya sebelumnya tukang pijat, Mas. Hanya, kalau pijat sekarang ini sulit dapat uangnya. Kita hanya nunggu yang mau pijat. Kalau enggak ada yang datang, ya, enggak dapat uang, Mas,” begitu jawabnya menjelaskan.
“Maka dua tahun ini saya ganti jualan kerupuk, Mas. Berjalan kaki saya jalani dengan tongkat penunjuk jalan ini agar dapat duit. Enggak mau menunggu di rumah.”
Mendengar penjelasan bapak penjual kerupuk buta itu, saya sungguh bersyukur dan mendapatkan hikmah dan pelajaran berharga. Betapa rezeki yang selama ini dianggap misteri, selain jodoh dan mati, ternyata harus dijemput.
Hal ini bisa dibaca dalam QS Ali Imran ayat 27; QS al-Jumuah ayat 11; dan QS al-Mulk ayat 21. Tidak bisa hanya menunggu saja di rumah. Bahasa Jawanya: “Yen gelem obah yo oleh.” Artinya, jika mau bergerak menjemput rezeki Allah maka akan dapatkan hasilnya.
Menjemput rezeki bisa dimaknai bekerja keluar rumah. Bisa di kantor, bisa pula berbisnis, bisa pula berdagang keliling. Prinsipnya, jangan berpangku tangan menunggu rezeki datang. Namun, jemputlah rezeki dengan penuh kesungguhan.
Hal ini bisa dibaca dalam QS an-Nahl ayat 112 dan QS ar-Rad ayat 26. Karena rezeki hanya mau mendekati mereka yang bersungguh-sungguh dalam berusaha. Siapa pun dia!
Cerita nyata di atas (mungkin juga kita jumpai di sekeliling kita) menggambarkan betapa Allah menjamin rezeki setiap hamba-Nya yang mau berusaha (QS al-Hud: 6 dan QS al-Fathir: 2).
Bapak tua buta penjual kerupuk di atas (dengan segala kekurangannya) mengajari kita semua tentang pentingnya menjemput rezeki. Mari kita menjemput rezeki kita masing-masing dengan cara yang baik dan benar. Dengan demikian, keberkahan hidup bisa kita dapatkan. Bagaimana menurut Anda?
*********
Republika.co.id