Garut News ( Sabtu, 15/03 – 2014 ).
Manager Taman Satwa Cikembulan, Rudy Arifin, SE menyatakan sangat apresiasi positip, terhadap penyelenggaraan penelitian tiga jenis satwa dilindungi Undang-Undang RI pada Lembaga Konservasinya.
Lantaran dijadikannya wahana penelitian ilmiah, selain mengindikasikan Taman Satwa Cikembulan sebagai obyek wisata pendidikan, juga menandakan eksistensinya selama ini peroleh pengakuan nasional.
Didampingi salah seorang pengelola Wawan, Rudy Arifin mengemukakan pula, produk penelitian tersebut bisa dijadikan rekomendasi upaya peningkatan kualitas pengelolaan taman satwa satu-satunya di Provinsi Jawa Barat ini, katanya kepada Garut News, Sabtu (15/03-2014).
Tiga jenis satwa diteliti tiga mahasiswa semester delapan jurusan kehutanan pada “Institut Pertanian Bogor” (IPB) itu, terdiri Macan Tutul (Panthera Pardus), Orangutan (Pongo Pygmaeus Moreo), serta Rusa Timor (Cervus Timorensis).
Agung Gunadi Andrian, katakan ketertarikannya pada Macan Tutul, lantaran merupakan spisies kunci, atawa Endemik Jawa, khususnya pada wilayah atawa Tatar Priangan Provinsi Jawa Barat.
Sehingga selama tiga pekan sejak Rabu (12/03-2014), mengobservasi teknik pemeliharaan juga kondisi kesejahteraan satwa tersebut.
Sedangkan produk penelitiannya itu, antara lain bisa dijadikan rekomendasi formula pengelolaan lembaga konservasi Taman Satwa Cikembulan, dinilai memiliki koleksi satwa memadai.
Dia mengemukakan pula obsesinya bisa bekerja di lapangan.
Ventie Angelia Nawangsari, menjelaskan kegairahannya meneliti Orangutan lantaran berobsesi mengetahui pola adaptasi di luar habitatnya (eksitu).
Sehingga tingkah laku serta pola makan pakan dikonsumsinya dijadikan fokus penelitian.
Orangutan ini, katanya Berordo Primata dari Family Hominidae asal Kalimantan, mengonsumsi jenis pakan buah-buahan.
Ventie juga berobsesi menjadi perencana.
Dalam pada itu Anggita Puspitasari, obyek penelitiannya mengenai teknik kesejahteraan Rusa Timor, dan Persepsi serta perilaku pengunjung.
Sedangkan ketertarikannya antara lain, memiliki jenis tanduk yang bisa dikelola menjadi jenis obat-obatan herbal.
Puspita berobsesi menjadi manager pengelolaan lembaga konservasi di kemudian hari, katanya.
Ketiga peneliti muda ini, menelisik pula managemen kandang satwa, serta pola makan diterapkan selama ini, pada masing-masing jenis satwa ditelitinya.
Hingga beberapa hari terakhir jalani penelitian, informasi data termasuk kegiatan observasinya, baru mencapai sepuluh persen.
Sehingga agenda kegiatan setiap hari terbilang padat, mereka juga sebelumnya pernah menyelenggarakan observasi pada Taman Nasional di Maluku.
Mereka juga katakan, Taman satwa Cikembulan menjadi obyek wisata atawa hiburan bernuansakan pendidikan.
****
John.