“Padat Karya Dinilai Tak Mendidik, Wujudkan Masyarakat Konsumtif”
Garut News ( Sabtu, 23/08 – 2014 ).
Mahasiswa “Institut Pertanian Bogor” (IPB), antara lain memerkenalkan serta melatih kalangan petani di Desa Cintarasa Kecamatan Samarang, Garut, Jawa Barat, memanfaatkan, dan memproduksi jenis pupuk cair organik.
Bahkan masyarakat petani setempat, juga diberi bantuan stimulan berupa 15 liter pupuk cair organik tersebut.
Agar termotivasi senantiasa memanfaatkan jenis pupuk ini, ungkap Muhammad Wildan mahasiswa semester tujuh jurusan “Ekonomi Sumber Daya Lingkungan” (ESL) IPB.
Lantaran pupuk cair organik itu, relatif mudah diproduksi dengan komposisi kotoran ternak, sampah buah-buahan, sampah sayuran, gula merah 0,25 kilogram, dua liter air cucian beras, 10 liter air tanah, serta MOL sebanyak 20 mm.
MOL bisa mudah diperoleh di toko sarana produksi pertanian, ungkap Muhammad Wildan, koordinator “Kuliah Kerja Profesi” (KKP) sejumlah mahasiswa semester tujuh jurusan ESL FEM IPB 2014 di Desa Cintarasa.
Dia juga ketua penyelenggara Seminar Cintarasa Besih, Sehat dan Asri di gelar pada balai desa setempat, Sabtu (23/08-2014) sore.
Selain membahas “Perilaku Hidup Bersih dan Sehat” (PHBS), disosialisasikan pula penggunaan alat komposter, serta presentasi manajemen bank sampah disajikan “Aswigarindo” (Asosiasi Wirausahawan Garut Indonesia).
Helatan ini terselenggara atas keterpaduan dengan mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Tematik “Universitas Pendidikan Indonesia” (UPI) 2014.
Sedangkan dari institusi teknik terkait diperoleh bantuan empat tong komposter, dan dua unit bor biopori, juga langsung diserahkan pada masyarakat Desa Cintarasa.
Sebanyak 200 mahasiswa IPB menyelenggarakan KKP ESL FEM IPB pada lima wilayah kecamatan di Kabupaten Garut, sejak 1 Juli – 28 Agustus 2014.
Sedangkan di wilayah Kecamatan Samarang masing-masing berlangsung di Desa Tanjung Anom, Sukalaksana, Cintarakyat, serta Desa Cintarasa.
Diagendakan pada 27 Agustus 2014, berlangsung pula seminar dan expo produk pertanian di Gedung Pendopo Kabupaten Garut, ujar Muhammad Wildan.
“Padat Karya Dinilai Tak Mendidik, Wujudkan Masyarakat Konsumtif”
Kepala Desa Cintarasa, Baban(52) katakan semangat gotong royong warganya kian terkikis pola hidup konsumtif.
Terutama sejak bergulirnya pelaksanaan program padat karya, lantaran dengan seringnya berlangsung program tersebut, menjadikan banyak masyarakat terbiasa bekerja gotong royong jika diberi upah materi.
Akibatnya kini, jika diajak bergotong royong tanpa upah menjadi sangat sulit berdatangan, padahal untuk kepentingan bersama.
Karena itu, pelaksanaan program padat karya tersebut dinilainya “tak mendidik”, tandas Baban.
Dikemukakan, justru yang bagus itu pelaksanaan program PNPM, kini hampir seluruh infrastrukturnya tuntas digarap dengan luncuran program PNPM.
Hanya yang cukup mendesak pembangunan gedung “Pendidikan Anak usia Dini” (PAUD), juga diharapkan bisa terealisasi dengan luncuran PNPM, sebagai program unggulan, imbuhnya.
Selain itu, bahkan kini sangat mendesak dimilikinya lapangan sepakbola, sejak 2010 lalu diusulkan pada Kemenpora, namun hingga sekarang masih belum terealisasi.
Pada 2014 ini, Desa Cintarasa mendapat bantuan pembangunan sanitasi lingkungan berupa pembuatan MCK bernilai Rp300 juta bersumber APBN.
Desa seluas 300,858 hektare tersebut, dihuni 4.712 penduduk atawa 1.450 kepala keluarga (KK), mereka tersebar pada delapan RW dan 25 RT, terdiri 2.237 perempuan, serta 2.475 laki-laki.
Produk unggulannya pertanian padi dan palawija, juga peternakan.
Memiliki sumber air bersih dari Situ Daroji, selama ini bisa memenuhi kebutuhan penduduk pada delapan kampung, dari sepuluh kampung di desa ini, katanya.
Masih menurut Baban, kehadiran mahasiswa IPB dan UPI sangat membantu masyarakat menambah wawasan dan pencerahan, katanya didampingi bendaharanya, Elis Karyati.
Malahan seminar Sabtu ini pun, mengusung tematik berbagi ilmu dan bertukar wawasan bersama, katanya pula.
*******
Esay/Foto: John Doddy Hidayat.