Lingkungan Bendung Copong DAS Cimanuk Sangat Mengenaskan

Lingkungan Bendung Copong DAS Cimanuk Sangat Mengenaskan

978
0
SHARE
Bendung Copong.
Menjala Ikan Cimanuk.

“Banyak Bantaran Rusak  Sarat Bertebaran  Sampah” 

Garut News ( Jum’at, 18/10 – 2019 ).

Penduduk komunitas pencari ikan sangat sesalkan kondisi ‘daerah aliran sungai’ (DAS) Cimanuk Garut semakin mengenaskan. Lantaran selain bantaran sungainya banyak rusak, mutu air sungainya pun kian mengalami degradasi akibat sedimentasi, juga pencemaran sampah, dan limbah biologis maupun kimiawi.

Kendati pencemarannya belum separah  Sungai Cikapundung, Citarum, atau Ciliwung, dan sungai lainnya di kota-kota besar kawasan industri, namun pencemaran sungai Cimanuk cenderung semakin parah.

Terutama mulai jembatan Maktal hingga sekitar Bendung Copong. Apalagi di musim kemarau berdebit air surut menjadikan pencemaran menjadi pekat. Sangat keruh kehitam-hitaman, dan berbau tak sedap, pada banyak titik lokasi banyak tumpukan beragam jenis sampah.

“Lihatlah Bendungan Copong ini ! Tumpukan sampah nyaris tak pernah habis. Padahal anak-anak (komunitas pencari ikan) kerap mencari ikan di sini sambil membersihkan sampah, dan menarik bongkahan kayu bakar dari tengah sungai ke darat. Tetapi kesadaran masyarakat bahkan pemerintah pentingnya menjaga lingkungan sungai ini sangat kurang,” sesal Suryaman (25) pemancing asal Kampung Cicurug Desa Suci Karangpawitan, Kamis (17/10-2019).

Dikatakan, selain ragam jenis sampah, limbah rumah tangga, limbah pertanian, dan limbah industri yang tak terkendalikan, terutama penyamakan kulit Sukaregang penyebab kondisi air sungai Cimanuk tercemar parah. Limbah industri garmen, dan limbah bulu unggas juga masih kerap bertebaran.

“Sehingga perlu ada penyadaran masyarakat, Pemerintah juga mestinya memerhatikan masalah ini dengan serius, dan berani menindak pihak menyebabkan terjadinya pencemaran sungai. Bagaimana pun, bisa mengakibatkan terganggunya ekosistem. Masyarakat di hilir juga banyak memanfaatkan air sungai ini untuk keperluan sehari-hari, termasuk untuk pertanian, dan perikanan,” ungkap Suryaman.

Dikemukakan, bersama komunitas pencari ikan sungai lain antara lain dari Jayaraga, dan Leuwidaun, dirinya acap turut menebar benih ikan terutama jenis nila, dan lele di DAS Cimanuk. Benih ikan ditebar mulai di Bayongbong.

Maka diharapkan pengelola Bendung Copong lebih memerhatikan cara penanganan sampah bertumpuk di bendungan agar tak diloloskan hanyut ke arah hilir sungai. Juga ada pembatasan titik lokasi dibolehkan menambang pasir, dan titik mana yang terlarang sama sekali bagi warga biasa mencari nafkah menambang pasir sungai.

Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Garut pada 2015 mencatat, pencemaran membebani mutu air sungai Cimanuk saat ini didominasi limbah biologis domestik rumah tangga mencapai 60 % dari total pencemaran biologis maupun kimiawi. Antara lain karena masih banyak rumah tangga, terutama di sepanjang bantaran sungai, belum memiliki septic tank. Sisanya pencemaran akibat limbah pertanian, dan industry.

Diketahui berdasar hasil pengukuran terhadap aliran sungai Cimanuk pada tiga titik, mulai arah hulu di kawasan Kecamatan Bayongbong, tengah di kawasan Copong Kecamatan Garut Kota, dan hilir di kawasan Sasak Beusi Kecamatan Cibatu.

Pencemaran biologis pun merupakan pencemaran disebabkan beragam jenis mikroorganisme penyebab penyakit, seperti Escherichia coli, Entamoeba coli, dan Salmonella thyposa.

Sedangkan pencemaran kimiawi disebabkan bahan/zat kimia, baik dari limbah rumah tangga, industry, maupun pertanian.

Khusus industri penyamakan kulit Sukaregang, ketika itu limbah cairnya dihasilkan tercatat mencapai 900 meter kubik per hari.

*******

(Abisyamil, JDH/Fotografer : John Doddy Hidayat).

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY