Fotografer : John Doddy Hidayat
Garut News ( Selasa, 04/07 – 2017 ).
KEKACAUAN di Kawah Sileri, kawasan wisata Dieng, yang menyebabkan belasan wisatawan luka pada Ahad pekan lalu, terjadi akibat ketidakpedulian pemerintah daerah dan pengusaha setempat.
Pemerintah Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, jelas kelewatan karena mengabaikan antisipasi bencana sehingga membahayakan keselamatan masyarakat. Pendapatan daerah dari sektor pariwisata tak ada artinya jika dibandingkan dengan keselamatan dan jiwa manusia.
Pemerintah pusat dan provinsi, juga parlemen daerah, harus menegur dan melakukan pengawasan ketat agar masalah serupa tak terjadi. Kawasan Pegunungan Dieng segera ditutup untuk umum sampai lembaga terkait memutuskan sebaliknya.
Jangan lupakan tragedi 20 Oktober 1979, ketika Kawah Sinila, juga di Kecamatan Batur, meletupkan gas beracun pada pagi buta. Sebanyak 149 orang ditemukan tewas di jalan-jalan karena menghirup udara beracun. Begitu juga hewan ternak.
Para pelancong Lebaran dan liburan sekolah di sekitar Sileri pun tak menyadari bahaya yang mengancam. Mereka dibiarkan memasuki kawasan berbahaya. Bahkan sepuluh orang di antaranya bebas naik sampai ke Kawah Sileri.
Ketika letusan freatik atau gas terjadi sekitar pukul 12.00 WIB, luapan lumpur dari bibir kawah membuat mereka tunggang langgang. Letusan mencapai ketinggian 150 meter dengan sebaran 50 meter dari kawah ke arah utara dan selatan.
Persoalan tak terjadi–termasuk jatuhnya helikopter pengirim bantuan Badan SAR Nasional di Temanggung yang menewaskan delapan orang–jika Pemerintah Kabupaten Banjarnegara melaksanakan rekomendasi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi pada 24 Juni 2017 untuk menghindari bibir kawah minimal hingga radius 100 meter.
Dua bulan sebelumnya, Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menyampaikan rekomendasi serupa menyusul letusan Sileri pada 30 April dan 24 Mei 2017. Masyarakat pun diminta tak mendekati Kawah Timbang lantaran ancaman bahaya gas karbon dioksida dan hidrogen sulfida.
Peringatan dan rekomendasi diberikan kepada pengelola waterboom, para camat di sekitar kawah Pegunungan Dieng, Bupati Banjarnegara, hingga Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Banjarnegara.
Maka, letupan gas dari Kawah Sileri yang berjarak puluhan meter dari kerumunan wisatawan seharusnya bisa diantisipasi sejak jauh hari. Namun, di masa liburan Lebaran lalu, kawasan wisata Dieng berikut jalur lalu lintas menuju ke sana justru begitu padat.
Walau tak ada korban jiwa, peristiwa Sileri jangan dianggap sepele. Kejadian tersebut menunjukkan betapa Pemerintah Kabupaten Banjarnegara meremehkan keselamatan masyarakat. Keriuhan liburan dan pendapatan daerah membutakan akal sehat dan kepekaan pejabatnya.
********
Opini Tempo.co