Kuda

Kuda

1015
0
SHARE

Putu Setia

Garut News ( Ahad, 02/02 – 2014 ).

Ilustrasi. (Foto : John Doddy Hidayat).
Ilustrasi. (Foto : John Doddy Hidayat).
Gong Xi Fat Chai. Selamat Tahun Baru Imlek.

Tapi saya tak berbicara tahun baru, sudah telat dua hari.

Saya bicara soal tahun Kuda, yang baru terjadi Senin besok mulai pukul 22.04.

Jadi, antara tanggal 1 sampai 3 Februari sebelum malam, energi kehidupan di bumi ini masih energi Ular Air.

Saya mengenal kuda cukup baik.

Ketika masih kecil suka menunggangnya dan pernah dijatuhkan sampai berhari-hari keseleo kaki.

Kuda adalah teman seperjuangan petani.

Kuda dipakai mengangkut buah kopi dari kebun ke rumah.

Di musim panen padi, punggung kuda penuh berisi padi yang diikat-ikat, diangkut dari sawah ke lumbung untuk disimpan.

Jika tak ada panen, kuda dibawa berlari-lari di jalan pedesaan sambil konvoi.

Penonton terhibur.

Itu dulu. Kini, tak lagi ada kuda di kampung.

Buah kopi diangkut motor trail dengan mesin menderu dan asap mengepul.

Padi di sawah langsung rontok jadi gabah diambil tengkulak.

Lumbung, ya, di mana lumbung?

Sudah habis diborong turis.

Di jalan desa yang sudah beraspal, ada konvoi anak-anak kecil membawa sepeda motor.

Penonton mengumpat: “Awas kalau jatuh, gak akan ditolong.”

Saya tahu tenaga kuda luar biasa.

Pantas kalau kekuatan mesin diukur dengan kekuatan kuda.

Dan di tahun 2014 ini, kekuatan “kuda hitam” akan muncul.

Apakah itu Gita Wirjawan yang baru saja mundur sebagai menteri karena ikut konvensi capres?

Saya tak tahu.

Memang ada ramalan, tahun ini muncul kekuatan kuda yang lebih dahsyat.

Yakni kuda yang keras kepala, tak mau diatur, tak mau mengalah.

Muncul banyak risiko.

Pemilihan umum akan menjadi “agak menakutkan”.

Saya tak bisa berkomentar.

Setahu saya, kuda itu mudah diatur.

Mungkin kuda yang saya kenal dulu adalah kuda yang belum “berpolitik praktis”.

Selain untuk mengangkut barang, kuda bisa ditunggangi.

Apakah di tahun politik sekarang ini ada yang “saling menunggangi”, artinya ada yang jadi kuda, ada yang jadi penunggang?

Apakah Joko Widodo, yang begitu populer di mata banyak orang untuk menjadi presiden, akan ditunggangi oleh yang lain?

Siapa tahu, kekuatan Jokowi ini hanya untuk mengantar sang penunggang, misalnya, ketua umum partai di mana Jokowi berada.

Artinya, Jokowi adalah “kuda tunggangan” untuk tokoh yang punya kuasa hitam-putih.

Oya, saya hampir lupa.

Ini tahun Kuda Kayu, bukan kuda besi, kuda terbang, atau kuda lumping.

Kuda kayu adalah mainan, bisa dibeli di kawasan Subang.

Kuda kayu biasa dinaiki anak-anak kecil.

Bisa pula jadi pajangan di ruang tamu.

Yang jelas, bukan kuda yang sebenarnya, apalagi sampai seharga Rp 3 miliar seperti milik Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra.

Karena cuma mainan, ya, bisa disebut “kuda yang menyalahi aturan” atau gampangnya sebut saja “kuda inkonstitusional”.

Kalau kudanya sudah menyalahi aturan, hanya kuda mainan, inkonstitusional pula, apakah penunggangnya nanti, siapa pun dia, bukannya jadi penunggang inkonstitusional?

Ini kalau kuda kayu dikait-kaitkan dengan pemilu di tahun ini, yang memang disebut oleh Mahkamah Konstitusi sebagai pemilu yang aturan mainnya tidak sesuai dengan UUD 1945.

Kok mau klop, tahun Kuda Kayu dikaitkan dengan tahun politik.

Apakah pemilunya yang salah di tahun ini, atau kuda kayunya yang keliru dimasukkan dalam penanggalan Cina.

Tapi, rasanya yang terakhir tak salah, siklusnya memang begitu, alam semesta yang mengatur.

Mungkin pemilu 2014 ini yang lagi sial, kena imbas tahun Kuda Kayu.

Atau para tokoh bangsa yang akan terpilih nanti bernasib sial.

Mari mencari Ebiet G. Ade, hanya penyanyi itu yang bisa bertanya kepada rumput yang bergoyang.

*****
Tempo.co

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY