Fotografer : John Doddy Hidayat
Garut News ( Senin, 20/02 – 2017 ).
Terdapat tiga desa di wilayah Kecamatan Banyuresmi Garut sangat berharap pemerintah melakukan pembenahan, penataan, dan pengembalian fungsi lingkungan sekitar bantaran sungai maupun “Daerah Aliran Sungaiu” (DAS) Cimanuk yang melintasi daerah mereka.
Lantaran mereka khawatir jika tak dilakukan sejak sekarang maka banjir serupa berdampak jauh lebih besar bisa kembali terjadi. Terlebih melihat perkembangan penduduk pada ketiga wilayah desa itu berkebutuhan lahan semakin tinggi.
Ketiga desa ini terdiri Desa Sukasenang, Sukaratu, dan Desa Cipicung yang juga terdampak cukup hebat akibat terjadinya banjir bandang puncak amuk Cimanuk meluluhlantakkan beragam sarana prasarana serta puluhan korban jiwa melayang pada 20 September 2016 silam. Ketiga desa berada di hilir sungai dari arah utara Bendung Copong.
“Daerah sepanjang Cimanuk mulai Sukasenang, Sukaratu hingga Cipicung umumnya dataran, dan tanah lempung. Sangat mudah tergerus. Diperparah, batu-batu besar tak ada lagi di aliran sungai. Sehingga tak ada penahan laju arus. Banjir kemarin juga untung saja ada Bendung Copong. Kalau tak ada, daerah Banyuresmi pasti ludes tersapu banjir,” ungkap Kepala Desa Sukasenang Iwan Ridwan, Senin (20/02-2017).
Karena itu untuk mencegah banjir, atau minimal mencegah kerusakan dan adanya korban jiwa, lanjut Iwan, yakni dilakukan penataan dan pembenahan bantaran sepanjang sungai Cimanuk sejak dari sekitar Bendung Copong.
Mutak bisa dilakukan penghijauan sepanjang bantaran sungai, dan dibangun tembok penahan tanggul (TPT) terutama pada titik-titik rawan dekat daerah pemukiman padat penduduk.
Langkah tersebut juga dinilai sebagai upaya mengamankan penduduk, dan aset-asetnya dari kemungkinan besarnya dampak bencana banjir Cimanuk.
“Di daerah Sukasenang pun aliran sungai Cimanuk itu ada yang bergeser ke arah tanah milik. Sedangkan yang semula aliran sungai berubah menjadi tanah timbul rawan diperebutkan penduduk. Padahal kondisinya tetap rawan banjir. Maka, perlu ada pengembalian aliran sungai ke asalnya,” imbuhnya.
Iwan mengemukakan, saat terjadi banjir Cimanuk September 2016 itu, terdapat sedikitnya 51 unit rumah warga terdampak, dan dua unit di antaranya rubuh. Pelbagai sarana prasarana lain termasuk infrastruktur jalan serta lahan pertanian, peternakan, dan perikanan milik warga juga banyak yang rusak.
Ungkapan senada dikemukakan Kepala Desa Cipicung Yadi Suryadimukti, dan Kepala Desa Sukaratu Udin Nasrudin.
“Jadi apabila melihat kondisinya, penghijauan serta pembuatan TPT di bantaran sungai Cimanuk itu bukan hanya di arah hulu Cimanuk dari sebelum Bendung Copong. Tetapi di arah hilirnya juga seperti di daerah kami, sangat dibutuhkan,” tandas Udin.
Dia katakan, di Desa Sukaratu terdapat sedikitnya 177 unit rumah tersebar pada enam rukun warga rusak berat hingga ringan terdampak banjir Cimanuk. Sedangkan di Desa Cipicung terdapat satu unit rumah warga terdampak.
Bahkan tak hanya itu, kantor pemerintahan Desa Sukaratu pun mengalami kerusakan, dan sempat terendam banjir berketinggian sekitar tiga meter menghancurkan nyaris seluruh peralatan dan pelbagai dokumen penting di dalamnya.
“Untungnya, kami banyak dibantu Kades Sukasenang, dan Kades Cipicung. Komputer yang ada sekarang juga bantuan dari Kades Sukasenang,” ungkap dia.
*********
(NZ, Jdh).