Fotografer : John Doddy Hidayat
Garut News ( Senin, 09/01 – 2017 ).
Meski Bupati Garut Rudy Gunawan acap membanggakan pembangunan perbaikan ruas jalan ke sejumlah wilayah yang diklaimnya sebagai bagian program Garut Amazing. Terutama perbaikan ruas jalan di wilayah selatan Garut.
Namun kenyataannya selain pembangunan sejumlah ruas jalan terindikasi mangkrak, dan amburadul, siapapun yang melintasi jalur jalan raya menghubungkan kota Garut-Balubur Limbangan via Leuwigoong takkan bisa menutup mata.
Kerusakan parah menghiasi jalan kabupaten sepanjang sekitar 30 kilometer itu. Mulai jalan bergelombang, aspal terkelupas, hingga lubang-lubang berukuran kecil hingga besar menganga menghabiskan badan jalan.
Pemkab Garut sepertinya kesulitan mengatasi persoalan menimpa jalan yang sempat disebut-sebut pihak Dinas Binamarga (kini Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang) telah habis umur jalannya itu.
Kerusakan jalan terlihat mulai jalan Hasan Arif bersambung belokan Bojong Salam sepanjang Kecamatan Banyuresmi, Leuwigoong, Cibiuk, hingga Kecamatan Balubur Limbangan. Termasuk jalan turunan dan tanjakan daerah Cipicung Majasari Cibiuk.
Perbaikan memang dilakukan di sejumlah titik yang sebelumnya berkondisi membahayakan pengguna jalan karena kontur bergelombang serta berlubang besar dan dalam, dengan peningkatan jalan rabat beton. Namun hal itu belum mampu membuat para pengguna jalan merasakan kenyamanan.
Sebab kini rata-rata kedua ujung jalan rabat beton itu mulai mengalami kerusakan, dan terus bersambung dengan ruas jalan berikutnya. Seperti di daerah Kecamatan Leuwigoong, dan Cibiuk.
“Selama liburan akhir tahun kemarin, saya sering bolak balik Garut-Limbangan, rasanya lutut ini mau copot, bahu pun pegal sekali. Bagaimana tidak? Tiap saat harus selalu siap mengerem mendadak, apalagi kalau berada di belakang mobil. Baru juga ngegas di jalan agak lumayan mulus, eh tahu-tahu di depan ada lubang lagi. Begitu terus,” kata Ranggi (18) pengendara sepeda motor asal Tarogong Kidul, Senin (9/1/17).
Menurutnya, lebih repot lagi jika melintas di jalan Garut-Limbangan pada malam hari dengan kondisi hujan lebat. Kondisi jalan menjadi lebih membahayakan. Selain jarak pandang terbatas, lubang-lubang yang menganga tak terlihat karena tertutup genangan air.
Beberapa warga terpaksa memasang tumpukan karung, ban bekas, dan benda lain pada lubang-lubang jalan agar tak dilintasi pengendara karena bisa menimbulkan bahaya. Sebagian warga bahkan menutupi lubang-lubang jalan menganga dengan batuan dan tanah, agar pengendara tak terjerembab ke dalamnya.
Di beberapa titik, lintasan ruas jalan mulai kawasan Banyuresmi, Leuwigoong, hingga Cibiuk seringkali berubah bak menjadi aliran sungai kecil karena tergenang banjir. Sehingga laju kendaraan benar-benar terhambat bahkan tak sedikit mengalami mogok.
Ranggi menyebutkan, menuju Balubur Limbangan bisa saja dirinya mengambil jalur via Karangpawitan-Wanaraja-Cibatu, namun jalur tersebut dinilainya terlalu jauh melingkar. Lagi pula di kawasan Bundaran Suci ke arah Karangpawita kerap terhambat kemacetan.
“Kondisi jalan utama saja rusak parah seperti itu. Apalagi jalan ke perkampungan. Lihat saja jalan ke Kampung Pasir Kulit. Hancur. Mengapa bisa begitu, ya ?” kata Syamil (15) santri Pondok Pesantren Al Furqon Muhammadiyah Cibiuk.
Ketidaknyamanan melintas di jalan Garut-Balubur Limbangan juga dirasakan sejumlah pengendara kendaraan roda empat.
“Tiap hari saya bolak balik Limbangan-Garut ke tempat kerja. Mesti berangkat pagi-pagi benar, dan ekstra hati-hati. Apalagi banyak sepeda motor berseliweran. Seringkali mendadak mengerem, atau berbelok karena menghindari lubang. Meskipun mobil lebih stabil daripada motor, tapi tetap saja terasa tak nyaman. Apalagi mobil saya kan kecil, dan pendek,” kata Imron (45) warga Desa Limbangan Timur Balubur Limbangan.
Senada dikemukakan pengemudi angkutan kota jurusan Terminal Guntur Garut-Balubur Limbangan Asep (35). Dia menyatakan keheranannya dengan kondisi jalan yang seringkali dipakai sebagai jalur alternatif pada masa liburan panjang atau liburan hari besar itu.
“Diperbaiki juga cepat rusak lagi. Drainase enggak ada,” ujarnya.
Dia menduga kerusakan jalan diperparah dengan banyaknya kendaraan besar melintas, terutama truk pengangkut pasir batu, bahan bangunan, dan truk pengangkut gas elpiji. Juga bis-bis besar yang mengangkut para peziarah ke makam keramat Mbah Wali Cibiuk maupun sekadar mengambil jalur alternatif dari arah Leles.
“Entah, kalau Bupati ke Limbangan, dan melihat jalan ini, apakah menutup mata, atau mukanya memerah malu ?” ungkapnya.
*********
(NZ).