Kelangkaan Pupuk Bersubsidi Rugikan Kalangan Petani Garut

Kelangkaan Pupuk Bersubsidi Rugikan Kalangan Petani Garut

883
0
SHARE

Garut News ( Selasa, 24/06 – 2014 ).

Produk Padi Menjadi Menurun Drastis. (Foto: John DH).
Produk Padi Menjadi Menurun Drastis. (Foto: John DH).

Lantaran kelangkaan pupuk besubsidi selama ini, bisa sebabkan puluhan hingga ratusan hektare sawah di Kabupaten Garut, Jawa Barat, terancam mengalami penurunan produk “Gabah Kering Giling” atawa gabah panen hingga 50 persen lebih.

Kalangan petani termasuk dari Sukasenang, Banyuresmi, Rahman, katakan kelangkaan pupuk tersebut sejak beberapa bulan lalu.

Sehingga sejak itu, petani terpaksa berebut pupuk bersubsidi dijual pada pengecer berharga lebih mahal, katanya.

Kondisi ini, juga berakibat banyak areal sawah belum diberi sebabkan tanaman padi tak berkembang.

Maka dipastikan hasilnya bisa menurun 50 persen lebih dari biasanya, ungkap petani Tarogong Kaler, Jajang, Selasa (24/06-2014).

Lantaran sawah dikelola petani terpaksa berpupuk takaran kurang.

Seharusnya, satu hektare sawah lima kuintal pupuk, kemudian dibagi tiga kali masa pemupukan.

Kelangkaan pupuk bersubsidi juga mengakibatkan, harga pupuk Ponska meningkat dari Rp115 ribu menjadi Rp150 ribu per 50 kilogram.

Kemudian pada volume sama, harga pupuk ZA meningkatdari Rp70 ribu menjadi Rp 90 ribu.

Karena itu, jangan berpikir Garut bisa swasembada pangan.

Dinas TPH dinilai belum pernah berbuat apapun mengatasi kelangkaan pupuk.

Bahkan dampaknya, selain penurunan produksi, diperkirakan pula kalangan petani mengalami kerugian lantaran menggunakan pupuk mahal, tanpa bisa menaikkan harga gabah.

Kelangkaan pupuk bersubsidi diperparah pula merebaknya hama tikus di Kecamatan Samarang, serta beberapa wilayah kecamatan lain.

Ketua Bamus Subterminal Agribisnis Bayongbong, Endang Solihin, katakan “Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok” (RDKK) dimilikinya, jumlah pupuk pada 2014 lebih sedikit dari tahun sebelumnya.

RDKK 2013 kelompoknya membutuhkan 47.060 ton urea, 11.760 ton SP, 13.100 ton ZA, 21.200 ton NPK, dan 3.835 ton pupuk organik.

Pada 2014, jumlahnya RDKK menurun menjadi 32.956 ton urea, 11.290 ton SP, 11.280 ton ZA, 17.596 ton NPK, dan 2.186 ton pupuk organik.

Jumlah pupuk pada RDKK tersebut mengalami penurunan akibat rendahnya produksi pada melimpahnya pupuk tahun sebelumnya.

Hal serupa kemungkinan terjadi di daerah lainnya.

Diharapkan menentukan RDKK 2015, terdapat tambahan jumlah pupuk.

Menyusul Kabupaten Garut, membutuhkan pupuk 900 ribu ton lebih setiap tahun, katanya.

*****

Pelbagai Sumber.

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY