“Garut Swiss van Java”
Esay/Fotografer : John Doddy Hidayat
Garut News ( Jum’at, 17/02 – 2017 ).

Wakil Bupati Garut dr H. Helmi Budiman mengemukakan, dibalik keindahan panorama alam di wilayahnya ternyata terpendam ragam potensi bencana. Sehingga dinyatakan BNPB sebagai kota rawan bencana.
Karena itu, penduduk kabupaten ini sekarang mulai berbenah diri agar bisa tetap “survive” bertrempat tinggal di daerah rawan bencana.
Bahkan ungkap Helmi Budiman, banjir bandang puncak Amuk Sungai Cimanuk pada 20 September 2016 malam yang menelan sedikitnya 50 korban meninggal, sekitar 30 korban di antaranya bisa ditemukan dengan menelan kerugian sekitar Rp295 miliar , merupakan siklus seratus tahunan sejak terjadi pada 1919 silam,

Sedangkan jenis bencana lainnya yang bisa mendera Kabupaten Garut, antara lain letusan gunungapi, gelombang tsunami, gempa bumi, juga tanah longsor, serta banjir lumpur, ujarnya ketika meresmikan satu unit bangunan sumbangan dari “Asosiasi Pilot Garuda” (APG) di Komplek SMP/SMA PGRI, Jum’at (17/02-2017).
Helmi Budiman katakan optimis bisa mengatasi permasalahan terdampak bencana yang antara lain terdapatnya sumbangsih dari kalangan penerbang ini.
Sedangkan ragam potensi wisata Garut dikenal sejak jaman Belanda, malahan sejak dahulu Garut dilintasi wisatawan bermobil sejenis “limousine” dari stasiun kereta api ke sejumlah hotel antara lain Hotel Ngamplang, Cisurupan, termasuk pernah dimilikinya hotel berlokasi di tengah hutan belantara.

Garut pun pernah memiliki lapangan pacuan kuda terbesar se Asia Tenggara, yang kini menjadi sarana lapangan sepakbola di Jayaraga.
Indahnya panorama alami tersebut menjadikan terkenal sejak dahulu dengan sebutan “Garut Swiss van Java”, kata Helmi Budimnan.
Komplek SMP/SMA PGRI di Kampung Lame Desa Haurpanggung Kecamatan Tarogong Kidul, saat berlangsung puncak amuk Sungai Cimanuk, sempat terendam air berketinggian berkisar 2,5 meter hingga empat meter, yang antara lain merubuhkan pagar tembok permanen pembatas sekolah dengan Kampung Cimacan.
Wakil Bupati menyerukan agar pada lingkungan sekolah itu, bisa banyak dibuat sumur resapan maupun biopori, sekaligus mengajak masyarakat berpola hidup dan berolahraga sehat yang lebih baik daripada menggratiskan pengobatan.
Guna bersama-sama menurunkan angka kesakitan, sekaligus bersama meningkatkan angka kesehatan masyarakat, imbuhnya.
********