“SangatBesar
Esay/Fotografer : John Doddy Hidayat
Garut News ( Senin, 31/07 – 2017 ).
Wahyudin (21), penduduk Kampung Bojong Sudika Cimacan Garut, Jawa Barat, yang selama ini berdomisili pada “Hunian Sementara” (Huntara) para pengungsi korban terdampak puncak amuk Sungai Cimanuk di gedung LPSE, hingga berita ini disusun masih terbaring tak berdaya, meski kerap ‘merintih’ menahan sakit.
Lantaran nyaris seluruh telapak kaki kanannya, menjadi berkondisi remuk tergilas truk pengangkut material proyek pembangunan tanggul penahan pinggiran Sungai Cimanuk, yang diselenggarakan BBWS.
Peristiwanya terjadi Senin (31/07-2017) sekitar pukul 07.30 WIB tersebut, ketika korban hendak berjualan daging ayam goreng sempat berjalan di pinggiran trotoar, namun mendadak-sontak roda depan truk proyek pengangkut material menggilas telapak kaki kanan korban.
Dengan kondisi antara sadar dan tak sadarkan diri, korban langsung dievakuasi ke ruang “Unit Gawat Darurat” (UGD) RSU dr Slamet Garut, setelah mendapat penanganan kemudian dibaringkan di kamar tujuh ruangan Mutiara Bawah RSU itu, sambil menunggu dioperasi yang dijadwalkan berlangsung Selasa (01/08-2018).
Demikian dikemukakan Wahyudin juga dibenarkan Kepala Seksi Perlindungan Sosial Korban Bencana pada Dinsos kabupaten setempat, Budi Yana serta Koordinator Huntara LPSE, Agus Setiawan.
Budi Yana katakan, jajarannya menyelenggarakan pendampingan agar proses penyembuhan korban bisa dibebaskan dari beban biaya RSU.
Selain itu, antara lain menyediakan bantuan akomodasi bagi para penunggu di rumah sakit, selama korban menjalani proses penyembuhan, termasuk kegiatan operasi telapak kaki kanannya, imbuh Budi Yana.
Agus Setiawan mengemukakan pula, secepatnya berkoordinasi dengan Camat Garut Kota guna terjalinnya komunikasi dengan pihak BBWS, sehingga diharapkan pula BBWS pun biusa segera memiliki kepedulian terhadap tragedi maupun musibah yang kini mendera Wahyudin.
Wahyudin yang sempat menamatkan SMP, anak pertama dari tiga bersaudara yang juga sejak sekitar sepuluh bulan lalu menghuni Huntara gedung LPSE bersama kedua orangtuanya.
Mereka korban terdampak puncak amuk Sungai Cimanuk pada 20 September 2016 silam, sehingga terpaksa hidup di pengungsian sebab rumah mereka digerus banjir bandang tersebut.
Hal ini antara lain dikemukakan ibu kandung korban, Ny. Maya (42), ketika menunggui proses rawat inap anak sulungnya itu, yang besar kemungkinan terpaksa korban diamputasi.
*******