Garut News ( Jum’at, 03/01-2014 ).
Penyelenggaraan “Jumpa, Bhakti, Gembira” (Jumbara) sekurangnya 450 an peserta “Palang Merah Remaja” (PMR) se Kabupaten Garut, antara lain bisa dijadikan perekat empati PMR peduli korban bencana.
Mereka berkemah bhakti selama tiga hari sejak, Kamis (02/01-2014), dipastikan bisa merasakan beragam kesulitan termasuk ketidaknyamanan para pengungsi berada pada tenda-tenda pengungsian usai dievakuasi.
Demikian dikemukakan Ketua PMI kabupaten setempat, H. Budiman, SE, M.SI, MM kepada Garut News di lokasi perekemahan Jumbara, Jum’at (03/01-2014).
Dikemukakan, Jumbara II pada 2 – 4 Januari 2014, diikuti sekurangnya 450 an peserta, bahkan pesertanya bisa mencapai 1.000 an.
Lantaran juga antara lain berdatangan PMR peninjau dari Kabupaten Sukabumi, Cianjur, Kabupaten dan Kota Bandung, Depok, Karawang, serta dari Kabupaten Ciamis.
Para peninjau ini, diikutsertakan pula pada beragam kegiatan Jumbara, katanya.
Antara lain disemarakan parade, devile, beragam lomba P3K, kreasi PMR, lomba kreasi seni seperti Hymne PMI.
Para peserta selama mengikuti beragam kegiatan, berdomisili di rumah-rumah penduduk (home stay), ungkap Budiman.
Pada hari kedua Jumbara, di antaranya berlangsung sarasehan diikuti 27 pembina.
Kabupaten Garut, Jawa Barat, terbaring bisu pada wilayah seluas 307.407 km2, dihuni sekitar 2,7 juta penduduk, tersebar pada 42 kecamatan, 421 desa, serta 21 kelurahan.
Ternyata, hingga kini masih menjadi kawasan paling rawan bencana alam di Indonesia.
Beragam potensi bencana terdapat di kabupaten berbatasan dengan Kabupaten Bandung, Tasikmalaya, Sumedang, dan Kabupaten Cianjur itu.
Bencana banjir termasuk banjir lumpur, longsor, gempa bumi, tsunami, pergerakan tanah, dan erupsi gunungapi, bisa kapan pun terjadi pada kabupaten luas hutannya sekitar 107.000 hektare ini.
Intensitas bencananya, bertengger pada peringkat pertama rawan bencana alam di Provinsi Jawa Barat, bahkan di Indonesia, sehingga mendesak kudu ditunjang pelbagai sarana memadai penanggulangannya.
Selain tentunya, diperlukan pula upaya masif mewujudkan kesiapsiagaan seluruh elemen dan komponen masyarakat, termasuk para pemangku kepentingan, bersama-sama menanggulanginya.
Lantaran, juga sepanjang 83 km lepas pantai wilayah Garut selatan langsung berhadapan dengan Samudera Hindia, membentang sekitar 10.000 km dari Pantai Afrika di barat hingga Kepulauan Asia Tenggara di timur.
Pada dasar Samudera Hindia, terdapat tiga “Igir” membentuk hurup “Y” terbalik.
Ketiga Igir tersebut, pertemuan tiga lempeng benua, aktivitas vulkanik kerap terjadi disini.
Angin musim, penyebab arus Samudera Hindia berbalik arah, antara Maret dan Agustus.
Selain itu, sejak ribuan tahun lalu menjadi rute perdagangan penting, antara belahan bumi timur, dan barat.
“Sehingga rawan pula terhadap, peredaran gelap Narkoba”
Pedagang pertama mengarungi perairan ini, orang Mesir Kuno, mereka berlayar di sepanjang Pantai Timur Afrika, pada lebih dari 4.000 tahun lalu.
Pada abad 15, para Penjelajah Eropa melakukan pelayaran pertama mengarungi Samudera Hindia sampai ke Asia.
Para pedagang lain kemudian menyusul, dan membawa pulang sutera, rempah-rempah, serta teh dari India dan Cina.
Saat ini, kapal tanker raksasa membawa dari Teluk Persia, menuju banyak pelabuhan internasional.
Kapal-kapal itu, berlayar melewati Laut Merah, dan Terusan Suez Eropa.
******
Esay/ Foto : John Doddy Hidayat.