Garut News ( Jum’at, 20/06 – 2014 ).
Semarak Piala Dunia kini merebak-marak, bahkan membahana di setiap sudut pelosok bumi.
Dunia menyambut gegap gempita, tetapi Indonesia selalu saja menjadi penonton.
Helatan akbar empat tahun sekali tersebut, ternyata masih belum sepenuhnya bisa menjadi energi meningkatkan kualitas prestasi sepak bola Indonesia.
Tim nasional kita tetap saja kelas paria.
Masih bisa dibanggakan hanyalah sejarah.
Indonesia pernah masuk laga Piala Dunia 1938. Tim Indonesia bahkan menjadi wakil Asia pertama pada Piala Dunia.
Kini, mencetak prestasi level Asia Tenggara pun, kesulitan setengah mati.
Terakhir kali Indonesia meraih medali emas sepak bola, pada SEA Games 1987.
Lain piala dunia, lain pula upaya selama ini diselenggarakan Sekolah Sepak Bola “Jayaraga Football Club” (JFC) Kabupaten Garut, Jawa Barat.
Didirikan sejak tahun 2000, kini memiliki sekurangnya 230 murid atawa binaan, mereka berusia delapan hingga 16 tahun.
Berlangsung tiga kali setiap pekan, masing-masing pada Rabu, Jum’at, dan Ahad, mulai pukul 13.30 hingga pukul 17.00 WIB.
Demikian dikemukakan dua pelatih Sekolah Sepak Bola GFC, Jajang bersama rekannya, Yanto kepada Garut News, Jum’at (20/06-2014).
Namun kata mereka pula, selama ini terdapat banyak kendala mengganjal beragam upaya proses pelatihan atawa pendidikan tersebut.
Di antaranya sarana dan prasarana lapangan Sepak Bola Jayaraga kini berkondisi sangat tak memadai, kondisi tersebut juga diperparah fasilitas penunjang latihan serba kekurangan.
Sehingga Jajang, dan Yanto sangat mengharapkan terdapatnya bantuan dari Pemkab setempat, juga bantuan lain dari pemerintah termasuk Kemenpora.
Lantaran selama ini, pemenuhan kebutuhan operasional pun nyaris sepenuhnya dari swadaya murni.
Pendaftaran setiap siswa Rp65 ribu termasuk pemberian costum, kemudian iuran setiap bulan Rp10 ribu, serta setiap latihan masing-masing siswa bisa membayar Rp2 ribu.
Namun, itu pun sifatnya tak memaksa, tak membayar pun proses pembelajaran dan pelatihan tetap bisa berjalan.
Jajang dan Yanto, juga mengemukakan semangatnya mendidik dan melatih anak-anak, antara lain terobsesi keinginan pesepakbola asal Garut, ke depan bisa pula berlaga pada helatan akbar Piala Dunia.
Mereka tak hanya bisa menjadi penonton seumur hidupnya, melainkan juga bisa mengukir prestasi dunia, ungkap Jajang, dan Yanto, optimis, menyerukan.
*******
Esay : Pelbagai Sumber, JDH.
Foto : John Doddy Hidayat.
Produksi : Juni 2014.