Garut News, ( Senin, 07/10 ).
Bagi belum pernah melihat, gambar di atas menunjukkan otak Albert Einstein.
Tahun 1955, setelah Einstein meninggal, ahli patologi dari Princeton University, Thomas Harvey, mengambil otak sang genius itu lewat autopsi.
Ia berharap kecerdasan bisa terungkap dengan meneliti otak tersebut.
Beragam penelitian kemudian nyatanya memang mengungkap beberapa keunikan otak Einstein diduga terkait kecerdasannya.
Tahun 1985, peneliti bernama Marian Diamond mengungkap, otak Einstein memiliki lebih banyak sel glial sehingga organ tersebut mampu bekerja lebih efektif.
Hasil penelitian ini menarik namun dianggap kurang bisa dipercaya.
Pada 1995, penelitian lain mengungkap memiliki bagian lobus parietal ukurannya 15 persen lebih besar dari orang normal, dan tak memiliki celah biasanya didapati pada orang umumnya.
Lobus parietal bertanggungjawab pada kemampuan spasial, dan matematis.
Ukuran besar menunjukkan kemampuan matematis lebih tinggi.
Sementara tak adanya celah, sel-sel dalam lobus parietal otak Einstein mampu berkomunikasi lebih cepat sehingga mendukung kemampuan berpikir.
Tahun 2012, hasil penelitian Dean Falk dari Florida State University, dan rekannya menunjukkan bagian depan otak depan, bagian somatosensori, motor primer, lobus parietal, korteks temporal, dan oksipitalis pada otak Einstein istimewa.
Dengan keistimewaan itu, Einstein memiliki kemampuan penglihatan, spasial, dan matematis istimewa.
Riset terbaru dipublikasikan di jurnal Brain pada 24 September 2013, seperti diberitakan Huffington Post, kembali mengungkap keunikan otak sang genius.
Riset juga dilakukan Dean Falk tersebut menemukan corpus callosum, bagian menghubungkan bagian kiri dan kanan otak, unik.
Setelah membandingkan dengan corpus callosum dari 15 pria tua, dan 52 lebih muda hidup pada 1905, Falk menemukan bagian corpus callosum Einstein lebih tebal sehingga mendukung komunikasi antara dua bagian otak lebih baik, membuat Einstein memiliki kecerdasan lebih tinggi.
Editor : Yunanto Wiji Utomo/ Kompas.com