Hingga 15 Juli Kerugian Petani Garut Rp41,034 Miliar

Hingga 15 Juli Kerugian Petani Garut Rp41,034 Miliar

574
0
SHARE
Areal Persawahan Panawuan Tarogong Kidul Mulai Kesulitan Air.
Panawuan Kelurahan Sukajaya.

“Mereka Terancam Rawan Daya Beli Bahkan Bisa Menjadi Rawan Pangan” 

Garut News ( Jum’at, 19/07 – 2019 ).

Hingga 15 Juli 2019, kerugian petani di Kabupaten Garut, Jawa Barat, mencapai sedikitnya Rp41,034 miliar. Lantaran 2.075 hektare tanaman padinya diranggas kekeringan milik sekitar 124.500 penduduk Kabupaten Garut dari lebih 41.500 kepala keluarga.

Menurut Sekretatis Dinas Pertanian kabupaten setempat, Haeruman jika dihitung kehilangan produksi padi mencapai 7,460 ton lebih dengan asumsi produktivitas 59,21 kwintal/hektare maka kehilangan ekonomi mencapai Rp41,034 miliar lebih, juga dengan asumsi harga ‘gabah kering giling’ (GKG) saat ini Rp5,500/kilogram.

Sedangkan yang terancam seluas 3.912 hektare tersebar di 258 desa/kelurahan pada 40 wilayah kecamatan, dengan luas tanaman padi yang masih ada di lapangan saat ini 29.881 hektare, katanya antara lain di Desa Cibunar, Kamis (18/07-2019).

Kekeringan di wilayah Kecamatan Cibatu Garut.

“Namun, jika dampak kekeringan ini gagal ditanggulangi. Sangat berpotensi bisa terancam menjadi rawan pangan,” ungkap sumber lainnya.

Seluas 2.075 hektare padi sawah yang diranggas kekeringan hingga 15 Juli 2019 tersebut. Terdapat 497 hektare di antaranya mengalami puso atau gagal panen milik sekitar 9.940 kepala keluarga petani yang menghidupi sedikitnya 19.920 penduduk sehingga mereka kini berkondisi mengalami rawan daya beli.

Koordinator “Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan” (POPT) kabupaten setempat Syarifudin katakan jajaran POPT selain mengemban tugas di lapangan dengan mendiagnosa “Amati, Kenali, Kendalikan” (AK2), memberikan pula kontribusi informasi untuk menentukan kebijakan penanggulangan, katanya, Senin.

Sedangkan yang mengalami rusak berat mencapai 353 hektare juga kini terancam menjadi puso, kemudian 627 hektare rusak sedang yang terancam menjadi rusak berat.

Demikian pula 598 hektare rusak ringan bisa terancam menjadi rusak sedang, apabila upaya penanggulangannya mengalami kegagalan.

Dalam pada itu dari 29.881 hektare luas tanaman padi sawah per 15 Juli 2019, yang terancam kekeringan kini mencapai 3.912 hektare.

“Sedikitnya 6.120 Warga Pakenjeng Terancam Rawan Daya Beli”

Sedikitnya pula kini ada 6.120 warga di wilayah Kecamatan Pakenjeng Garut berkondisi terancam rawan daya beli. Mereka dari sekitar 2.040 kepala keluarga pemilik 102 hektare padi sawah yang mengalami kekeringan hingga 15 Juli 2019.

Seluas 29 hektare di antaranya rusak berat yang kian terancam menjadi gagal panen, bahkan ada juga areal persawahan yang sekarang berkondisi menyerupai ladang bongkahan tanah kering, sehingga rumput pun tak bisa tumbuh.

Kemudian 73 hektare rusak sedang juga terancam bisa menjadi rusak berat. Sedangkan dari 1.944 hektare luas tanaman padi di Kecamatan Pakenjeng tersebut, mencapai 217 hektare di antaranya terancam kekeringan yang tersebar pada 12 desa.

Termasuk Desa Neglasari, yang kini juga sangat mendesak bisa segera terdapat pengeboran berkedalaman 50 meter lebih guna memenuhi areal persawahan, serta pemenuhan kebutuhan air minum dan lembaga pendidikan formal keagamaan.

Di desa ini pun, ungkap warga setempat termasuk Dr Wahyu Hidayat, MA tak pernah ada terdengar gaungnya mendapatkan bantuan pompa air.

Kepala Seksi Sarana dan Pembiayaan pada Dinas Pertanian Kabupaten Garut, Dudung Sumirat menyatakan bakal diupayakan memberi bantuan pompa air jika kembali instansinya mendapat pasokan, namun mohon sering diingatkan adanya kebutuhan di Desa Neglasari itu, katanya pula.

********

Esay/Fotografer : John Doddy Hidayat.

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY