Gempa Nepal, 2 WNI Pendaki Everest Masih Dicari

Gempa Nepal, 2 WNI Pendaki Everest Masih Dicari

719
0
SHARE

Jakarta, Garut News ( Ahad, 26/04 – 2015 ).

Seorang sherpa atau pemandu gunung membersihkan tumpukan sampah di gunung paling tinggi di dunia Everest. Banyak pendaki tertantang untuk menaklukan gunung ini, namun para pendaki juga meninggalkan banyak sampah. Nepal, 23 Mei 2010. Namgyal Sherpa/Getty Images.
Seorang sherpa atau pemandu gunung membersihkan tumpukan sampah di gunung paling tinggi di dunia Everest. Banyak pendaki tertantang untuk menaklukan gunung ini, namun para pendaki juga meninggalkan banyak sampah. Nepal, 23 Mei 2010. Namgyal Sherpa/Getty Images.

– Kementerian Luar Negeri masih mencari tahu keberadaan dua pendaki puncak Mount Everest yang diduga terkena dampak gempa di Nepal pada Sabtu, 25 April 2015. Seluruhnya, ada lima pendaki Indonesia dan baru tiga orang yang sudah bisa dihubungi.

“Tiga orang itu selamat,” ujar juru bicara Kementerian luar Negeri, Arrmanatha Nasir, saat dihubungi, Ahad, 26 April 2015.

Gempa berkekuatan 7,8 skala Ritcher melanda Nepal dan saat ini diperkirakan lebih dari 2.000 orang tewas. Selain itu, juga terdapat 61 pendaki yang terkena longsoran Everest, 17 di antaranya sudah dinyatakan meninggal dunia.

Kementerian Luar Negeri juga mengabarkan saat ini bandar udara di Nepal tidak bisa digunakan. Sampai sekarang, Kementerian masih mengidentifikasi informasi dan mengidentifikasi keadaan warga Indonesia pascagempa.

Seperti diberitakan The Guardian sebelumnya, gempa berkekuatan 7,8 Skala Richter di Nepal turut mengguncang Pegunungan Everest. Akibatnya, longsoran salju Everest menewaskan para pendaki yang tengah berada di gunung itu.

Pendaki gunung asal Rumania, Alex Gavan, sempat mencuit di akun Twitter-nya tentang kondisi di lereng Pegunungan Everest saat gempa terjadi. Alex termasuk salah satu yang selamat setelah berhasil keluar dari tenda yang terkena longsoran salju saat gempa terjadi.

“Ini bencana sangat besar. Tolong bantu kirimkan tim evakuasi ke area base camp. Banyak orang meninggal. Lebih banyak lagi yang terluka parah. Jika terlambat ditolong, korban jiwa akan lebih banyak jatuh,” kata Gavan, seperti dilansir oleh The Guardian, Minggu, 26 April 2015.

Selain itu, para pendaki yang terjebak di camp masing-masing berlomba mengirimkan sinyal bantuan agar helikopter dapat segera mengevakuasi korban yang terluka parah.

Namun, staf Kementerian Pariwisata Nepal, Gyanendra Shrestha, mengatakan longsoran salju mengakibatkan jarak pandang sangat buruk untuk penerbangan sehingga kemungkinannya kecil untuk segera mengirimkan tim evakuasi.

Sedikitnya, ada 300 pendaki dunia yang ada di Gunung Everest saat gempa mengguncang Nepal. Pendaki yang ada di area puncak Everest adalah yang paling urgent untuk dievakuasi.

Pasalnya, Khumbu Icefall, jalan yang sudah dipasangi tali dan tangga dan biasa dilewati pendaki untuk mencapai area yang lebih tinggi, sudah rusak parah akibat gempa. Ratusan suku lokal Nepal, Sherpa, juga terjebak di tengah longsoran salju Everest.

Pendaki asal Inggris, Gareth Douglas, juga sempat mem-posting di Facebook bahwa timnya dalam keadaan baik-baik saja.

“Base camp kami yang ada di bagian utara Everest baik-baik saja. Sementara itu, ABC (advanced base camp) juga OK tapi ada longsoran yang menyebabkan satu pendaki patah kaki,” ujar Douglas.

Choti Sherpa, staf Assosiasi Pendaki Gunung Everest, mengatakan dirinya tak dapat menghubungi satu pun keluarga atau rekan kerjanya yang sedang ada di Everest saat ini.

“Kami semua sangat khawatir karena tak ada satu pendaki pun yang menjawab telepon,” kata dia.

Bulan April merupakan saat yang paling banyak diminati oleh para pendaki dunia untuk mendaki gunung Everest.

Peristiwa longsor di base camp di puncak Gunung Everest sebelumnya terjadi pada April 2014 yang menewaskan 16 orang.

ROBBY IRFANY | YOLANDA RYAN ARMINDYA | THE GUARDIAN/Tempo.co

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY