“Kalangan Pelajar Tak Bisa Saksikan Kemeriahan Spektakuler, Lantaran Belajar di Sekolah”
Esay/Fotografer : John Doddy Hidayat
Semarak kemeriahan ‘spektakuler’ helaran maupun karnaval “Gebyar Budaya” memeringati hari jadi ke-2014 Kabupaten Garut, Rabu (22/02-2017), banyak disesalkan banyak kalangan terutama kaum ibu rumah tangga. Lantaran mereka tak bisa mengajak putra-putrinya menonton.
Padahal jika digerlar pada hari libur, dipastikan kami sekeluarga bisa bersama-sama menyaksikan ragam budaya nusantara termasuk produk budaya kearifan lokal asal kabupaten ini.
Demikian diungkapkan kalangan ibu rumah tangga juga para pelajar, termasuk Ny. Enah yang mengaku “greget” ingin menonton bersama putra-putrinya murid Sekolah Dasar, dan SMP di wilayah Kecamatan Tarogong Kidul.
Ungkapan senada disampaikan Fadillah kepada Garut News, murid SMAN di Kampung Panawuan Kelurahan Sukajaya tersebut, mengaku sangat berkeinginan menyaksikan Gebyar Budaya memeringati Hari Jadi Garut tahun ini.
“Tetapi terpaksa membatalkannya sebab tak mau membolos sekolah,” katanya.
Demikian pula dikatakan Hilda, murid kelas IV SD Sukajaya, Panawuan.
Padahal rangkaian helatan itu, juga dimaksudkan agar seluruh lapisan masyarakat bersama pemerintah daerah bisa mengenang, dan sekaligus memaknai perjalanan kabupatennya selama rentang waktu dua abad terakhir, sekaligus menyambut Garut Emas bertemakan “Mapag Abad Kadigjayaan”.
Bahkan guna mewujudkan sinergitas, pada rangkaian akselerasi proses kemajuan dan kemakmuran masyarakat di masa yang akan datang.
Sekaligus mempromosikan dan mengembangkan seluruh potensi sumberdaya terdapat di kabupaten ini.
Sedangkan rangkaian penyelenggaraan peringatan tersebut, di antaranya Ziarah ke Makam Leluhur, Makam R.A.A. Adiwijaya Bupati pertama, Upacara Bendera Hari Jadi ke-204, serta Rapat Paripurna Sidang Istimewa DPRD setempat.
Sejak 22 Februari 2017 masyarakat pun disuguhi ragam hiburan kesenian tradisional, Islami dan kesenian modern. Bahkan pihak panitia mengundang utusan kedutaan besar dari empat benua (Amerika, Asia, Eropa, dan Australia).
Gebyar budaya itu, menyuguhkan kesenian tradisional melibatkan 22 komunitas kesenian di Garut.
Beserta pula turut menyemarakkan helaran budaya dari lima kabupaten di Provinsi Jawa Barat, beserta lima Provinsi lainnya, juga tampilan seni budaya dari empat benua.
Pameran Industri Pariwisata, Alun-alun Garut berlangsung 22 hingga 26 Februari 2017.
Antara lain menampilkan pameran produk unggulan, panggung pentas seni tradisional dan modern. Parade tukang cukur Garut melibatkan 150 pemangkas rambut yang selama ini membuka jasa layanannya pada beberapa kota di Indonesia.
Sedangkan pada (23/02-2017) digelar Defille Batik Garutan menjadi agenda rutin melengkapi Gelar Budaya kali ini melibatkan SKPD, para Camat, dan BUMD.
Kemudian pada 25 Februari berlangsung Gebyar Mobil Hias, ditutup dengan penyelenggaraan Napak Tilas pada Ahad, 26 Februari 2017.
Bupati Rudy Gunawan menyampaikan apresiasi kepada seluruh elemen dan komponen masyarakat, juga pihak yang menyukseskan pesta rakyat Garut.
*********