Garut News ( Sabtu, 05/04 – 2014 ).
Kabupaten Garut, Jawa Barat, kini semakin mendesak perlukan “kontinuitas” produk unggulan pertanian tanaman pangan.
Guna memenuhi pangsa pasar bernilai ekonomi tinggi, baik domestik atawa mancanegara.
Lantaran, tak terjaminnya kontinuitas produk pertanian tersebut selama ini, kerap menjadi penyebab terhambatnya kegiatan ekspor, bahkan pemasaran di dalam negeri sekalipun.
Demikian dikemukakan Manager “Sub Terminal Agrobisnis” (STA) Bayongbong, Sasa Hermansyah beserta rekannya, Yoke Ani kepada Garut News di Bayongbong, Sabtu (05/04-2014).
Menurut mereka, selama ini kualitas dan kuantitas beragam produk unggulan pertanian di daerahnya, bisa diandalkan.
Tetapi nyaris tak bisa terjamin senantiasa bisa memiliki “kontinuitas”, sehingga dapat menurunkan daya saing proses pemasarannya.
Padahal berpeluang membidik pangsa pasar khusus, juga pasar tradisional, termasuk bisa merambah pangsa pasar luar negeri, ungkap Sasa Hermansyah dan Yoke Ani.
Hermansyah juga berpendapat, hendaknya beragam inisiasi atawa ide dari bawah, senantiasa kudu diapresiasi, dan dianalisa dulu, jangan justru tak ditanggapi.
Seperti halnya mata dagangan “jahe”, saatnya Garut tak hanya “jago” menyediakan bahan baku.
Melainkan patut mendapatkan atensi pemerintah, agar bisa diekspor berbentuk barang setengah jadi, bahkan barang jadi.
Sedangkan Yoke Ani, juga Caleg DPRD setempat dari Gerindra bernomor urut tiga pada Dapil Dua, mengemukakan obsesinya meningkatkan kualitas kesejahteraan petani.
Sekaligus meningkatkan volume dan kualitas produk unggulan pertanian tanaman pangan dengan jaminan kontinuitasnya.
Sehingga formula mewujudkannya, antara lain terus dilakukannya pemetaan potensi, serta kendala sektor pertanian di Kabupaten Garut, ungkap Yoke Ani.
STA Bayongbong sejak dua tahun terakhir selain banyak dimanfaatkan menjemur hasil pertanian, juga memediasi perdagangan antar pulau, bahkan menyiapkan komoditas ekspor.
Sebelumnya diselenggarakan pembersihan, sortir, pengemasan, pengepakan, bahkan STA ini dioperasionalkan 24 jam setiap hari.
Di antaranya komoditas jahe, 980 ton setiap bulan dikelola STA Bayongbong.
Sehingga kini, mendesak perlukan pengadaan infrastruktur, di antaranya moda angkutan berupa truk, kata Hermansyah, menyerukan.
Mata dagangan tomat asal Garut, juga memiliki enam spek atawa tingkatan mutu.
Di antaranya tomat mulus berukuran sangat besar, besar, sedang, kecil, dan sangat kecil.
Juga terdapat tomat afkir.
Tomat afkir ini masih bisa diproduk menjadi saos tomat, juga produktivitasnya kudu memiliki jaminan volume, kualitas, serta kontinuitasnya, imbuh Hermansyah, menambahkan.
******
Esay/ Foto : John Doddy Hidayat.