“Golongan Ekonomi Bawah Harus Didorong Agar Ketimpangan Bisa Diperkecil”
Esay/Fotografer : John Doddy Hidayat
Garut News ( Kamis, 16/02 – 2017 ).
Meski hari ini, Kamis (16/02-2017), Kabupaten Garut “menggapai” usianya ke-204 tahun (16 Pebruari 1813 – 16 Pebruari 2017).
Tetapi kian mendesak segera diintervensi pemerintah pada bidang ekonomi dengan memertimbangkan pengembangan sektor yang mampu menstimulus sektor-sektor produktif ekonomi riel.
Lantaran berdasar data Susenas 2015 menunjukan, gini rasio di kabupaten ini berada pada level menengah dengan besaran 0,31 yang cukup jauh dibawah angka Jawa Barat yang mencapai 0,41.
Kondisi tersebut menggambarkan pendapatan masyarakat Garut masih relatif lebih merata dibandingkan Jawa Barat secara umum.
Namun jika dihubungkan dengan pengeluaran per kapita yang masih relatif rendah, maka bisa dikatakan pendapatan masyarakat Garut cenderung merata di level menengah bawah.
Kondisi ini, didukung pula data hasil PPLS. Tercatat masih cukup tinggi penduduk yang tidak tergolong miskin, kendati masih berada sedikit di atas garis kemiskinan maupun penduduk mendekati miskin, dan rentan miskin.
Kemampuan daya beli masyarakat di kabupaten itu pun, masih sangat rendah. Akibat rendahnya pengeluaran per kapita menempati posisi kedua terendah setelah Kabupaten Tasikmalaya, jika dibandingkan kabupaten/kota lain.
Data Susenas 2015, menunjukan pula rata-rata pengeluaran per kapita di Kabupaten Garut masih sangat rendah dengan besaran Rp513,37 ribu per kapita per bulan.
Atawa masih terpaut Rp383,53 ribu dibandingkan angka provinsi yang telah mencapai Rp896,0 ribu per kapita per bulan.
Sedangkan proporsi pengeluaran non makanan di Kabupaten Garut juga tercatat relatif rendah dengan besaran 52,52 persen.
Sehingga masyarakat golongan ekonomi bawah harus didorong untuk meningkatkan kemampuan dan pendapatan mereka, agar ketimpangan bisa diperkecil.
Kemudian, kondisi IPM Garut 2015 (63,21) atau meningkat 0,98 poin dibandingkan tahun sebelumnya sehingga berada pada posisi status pembangunan manusia kategori “menengah”.
Kenaikan peringkat semula berposisi 26 dari 27 kabupaten/kota 2014, pada 2015 menjadi peringkat menjadi posisi ke-25.
Di wilayah Priangan Timur semula berada di posisi terbawah dari lima kabupaten/kota. Pada 2015 menjadi peringkat ke-4 di atas Kabupaten Tasikmalaya.
Capaian IPM Kabupaten Garut 2015 dengan pertumbuhan IPM mencapai 1,57 persen, yang merupakan agregasi dari tiga dimensi. Terdiri umur panjang dan hidup sehat, pengetahuan, serta dimensi standar hidup layak.
Indikator angka harapan hidup saat lahir menempati posisi 18 dari 27 kabupaten/kota. Rata-rata bayi yang baru lahir bisa bertahan hidup hingga usia 70,69 tahun atau meningkat 0,20 dibanding tahun sebelumnya, yang diukur dari indikator angka harapan hidup saat lahir (AHHo).
Kondisi Kabupaten Garut 2015, IPM 63,21 dengan angka harapan hidup saat lahir 70,69 tahun, namun rata-rata lama sekolah 6,84 tahun dengan harapan lama sekolah 11,65 tahun, sedangkan pengeluaran per kapita per tahun yang disesuaikan Rp6.875.000
Berikut pertumbuhan IPM Kabupaten Garut, masing-masing pada 2011 (60,55), 2012 (61,04), 2013 (61,67), 2014 (62,23), serta pada 2015 (63,21). Maupun masing-masing pula 0,54 persen, 0,81 persen, 1,03 persen, 0,97 persen, serta 1,57 persen, atau dengan pertumbuhan 0,99 persen per tahun.
“Pelebaran Kota Berinfrastruktur Memadai Tumbuh-kembangkan Perekonomian Masyarakat”
Kepala “Badan Pusat Statistik” (BPS) kabupaten setempat Berdikarjaya, SE, MM berpendapat pelebaran kawasan perkotaan yang menjangkau wilayah saat ini merupakan pinggiran kota, selain mewujudkan perluasan kota juga bisa dijadikan terobosan menumbuh-kembangkan perekonomian masyarakat bidang perdagangan, dan jasa.
Apalagi ungkap Berdikarjaya, jika infrastruktur jalan serta jembatan berkondisi memadai yang bisa menjangkau hingga ke pelbagai wilayah pelosok pedesaan, dapat mewujudkan lapangan kerja baru lantaran antara lain mengundang para calon investor untuk menanamkan investasinya.
Kepada Garut News di ruang kerjanya, Kamis (16/02-2017) sore, dia juga katakan tercapainya IPM Garut 63,21 merupakan rangkaian proses panjang sejak jauh sebelumnya.
Namun terwujudnya percepatan perolehan IPM juga patut diakui sebagai produk kinerja pemerintahan sekarang ini, katanya.
Meski saat ini, juga dinilai mendesak diselenggarakan pemetaan “determinan” sebagai upaya mencari formula yang efektif menanggulangi persoalan kemiskinan, imbuhnya.
Didesak pertanyaan mengenai inflasi, dikemukakannya masih bertengger tingginya harga cabai memberikan kontribusi bisa meningkatkan angka inflasi.
******