Garut Kian Terancam Bisa Menjadi Kota Homoseksual

Garut Kian Terancam Bisa Menjadi Kota Homoseksual

639
0
SHARE
"Saya Bernai Sehat"
Ir Denden Supresiana.

“Faktor Resiko 180 LSL HIV/AIDS Peringkat Kedua Setelah Penasun”

Garut News ( Kamis, 09/01 – 2020 ).

Garut kini kian terancam bisa menjadi kota homoseksual jika ragam kegiatan upaya pencegahan HIV/AIDS pada kelompok tersebut tak membuahkan hasil maksimal, termasuk terhadap kelompok penasun/IDU’s.

Lantaran dari 709 penduduk Kabupaten Garut yang terinsfeksi HIV/AIDS hingga akhir Desember 2019, terdapat 180 di antaranya dengan faktor resiko ‘Laki Seks Laki’ (LSL) terdiri 66 terinsfeksi AIDS, dan 114 HIV.

Banyaknya terinsfeksi jenis penyakit dengan faktor resiko LSL itu, menduduki peringkat kedua setelah 188 terinsfeksi HIV/AIDS berfaktor resiko  penasun/ IDU’s.

“Dari 188 berfaktor resiko  penasun/ IDU’s ini yakni 135 terinfeksi AIDS serta 53 HIV,” ungkap Direktur Eksekutif “Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia” (PKBI) kabupaten setempat, Ir Denden Supresiana.

Sedangkan sebarannya pada 38 wilayah kecamatan, paling banyak 219 di Kecamatan Garut Kota meliputi 144 AIDS dan 75 HIV, disusul 101 Tarogong Kidul terdiri 66 AIDS dan 35 HIV, kemudian sebaran 51 peringkat ketiga Kecamatan Tarogong Kaler masing-masing 30 AIDS dan 21 HIV.

Disusul 23 faktor resiko waria (15 AIDS dan 8 HIV), dua WPS (Wanita Pekerja Seks) terinfeksi AIDS, 104 HRM/Pria Resti (65 AIDS dan 39 HIV), pasangan Resti 157 perempuan (95 AIDS dan 62 HIV), pasangan Resti 34 laki-laki (18 AIDS dan 16 HIV), 16 perinatal/anak (11 AIDS dan 5 HIV), serta tak teridentifikasi lima terinsfeksi AIDS.

Dikemukakan Denden Supresiana dari 709 penduduknya terinsfeksi penyakit tersebut, terdiri 297 HIV, 412 AIDS, dan 181 meninggal lantaran kasus itu. Yang sudah terafi ARV 427, estimasi ODHA Kemenkes 2015 ada 978.

Sebanyak 709 masing-masing 473 laki-laki (268 AIDS dan 205 HIV), serta 236 perempuan (144 AIDS dan 92 HIV).

Detail dijelaskan pula 709 meliputi kelompok usia kurang satu satu ada tiga kasus (1 AIDS dan 2 HIV), 1-5 tahun (16 kasus/11 AIDS dan 4 HIV), 6-9 tahun (5 kasus/4 AIDS dan 1 HIV), 10-24 tahun (57 kasus/27 AIDS dan 30 HIV), 25-39 tahun (538 kasus/310 AIDS dan 228 HIV), 40-49 tahun (76 kasus/50 AIDS dan 26 HIV).

Kemudian kelompok usia 50-59 tahun (9 kasus/4 AIDS dan 5 HIV), serta kelompok usia yang tak diketahui ada lima kasus AIDS.

“Ragam Kegiatan Pencegahan”

Denden Supresiana juga katakan ragam kegiatan pencegahan selama ini gencar diselenggarakan, termasuk kegiatan pencegahan HIV pada kelompok LSL.

Meliputi penjangkauan, peer educator, edutainment event, pertemuan formal, konselor sebaya, community based center, advokasi berbasis venue,dan pelatihan sensitisasi MSM, dan TG.

Selain itu, dilaksanakan pula virtual outreach, focus group discussion, cyber compaign, community based screening: implementation research dan pelaksanaan CBS, training, serta monitoring dan evaluasi.

Kegiatan pencegahan juga diselenggarakan pada kelompok-kelompok berfaktor resiko lainnya, imbuh Denden Supresiana.

******

Esay/Fotografer : John Doddy Hidayat.

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY