Garut News ( Ahad, 02/03 – 2014 ).
Siapapun jika mau bersepeda ke manapun, mulai dari rakyat jelata hingga presiden sekalipun, dipastikan bakal memberi banyak manfaat.
Lantaran selain badan menjadi sehat, juga tak perlu menggunakan pertamak, premium, atawa solar.
Selain itu, juga bisa menjadikan udara tetap bersih, sebab bersepada tak memproduk karbvon dioksida.
Tetapi jika bersepedanya dilakukan sarat serimonial, atawa protokoler, dipastikan pula bisa menguras banyak energi.
Lantaran pengawalnya menggunakan sepeda motor, maupun mobil, juga ongkos serimonial dan protokolernya, juga dipastikan menggunakan “duit” atawa “tiud”.
Sehingga besar, dan kecilnya manfaat tergantung dari sisi mana nilai lebih bisa diraih jika bersepeda serimonial, dan protokoler itu.
Termasuk, apakah efektif bisa menjaring sekaligus memotivasi wisatawan berdatangan pada suatu obyek wisata.
Apakah pula, sebelumnya dilakukan kajian menyeluruh mengenai manfaat bisa diraih dengan bersepeda serimonial, dan protokoler itu.
Atau hanya sekedar hura-hura, atawa “ngabebenjokeun” masyarakat sehingga bisa menjustivikasi demikian sibuknya kalangan pejabat dengan beragam kegiatannya?
Jawabnya, barangkali walahualam bi sawab,…… brow.
“Kereta Mesin” atawa sepeda, sarana mobilitas kerap digunakan kemana pun, ke kantor, ke pasar, berjalan-jalan keliling kota, termasuk digunakan balap sepeda.
Sehingga jenisnya pun beragam.
Bahkan terdapat pula sepeda gunung.
Sedangkan sepeda mini, kerap digunakan anak-anak, bahkan anak balita kerap ditemukan diasuh dengan sepeda kecil beroda tiga.
Penggemar naik sepeda manfaatnya antara lain menyehatkan.
Sangat beda jauh dengan kelompok atawa gerombolan maupun geng motor, kerap meresahkan masyarakat.
Lantaran acap berbuat onar, bahkan tindak pidana kriminalitas.
Ironisnya, nyaris tak terdapat regulasi atawa aturan membatasi pemasaran sepeda motor.
Menyusul, kini kian mudah diperoleh dengan cara mencicil atawa kredit, dengan beragam kemudahannya.
*******
Esay/ Foto : John Doddy Hidayat.