DPRD Ingatkan Dinkes Garut Tak Hanya Kuratif

DPRD Ingatkan Dinkes Garut Tak Hanya Kuratif

1134
0
SHARE
Karnoto.

“Libatkanlah Seluruh SDM Kesehatan Bersinergi Turunkan Kematian Ibu dan Anak”

Esay/Fotografer : John Doddy Hidayat

Garut News ( Selasa, 09/09 – 2017 ).

Karnoto.
Karnoto.

Sekretaris Komisi D DPRD Kabupaten Garut, Karnoto, SKep, MSi kembali mengingatkan setiap seluruh jajaran Dinas Kesehatan kabupaten setempat, agar tak hanya mengarahkan orientasi programnya pada upaya bersifat kuratif, melainkan juga harus fokus pada upaya promotif, dan preventif.

Dengan melibatkan seluruh sumber daya kesehatan, dari pelbagai profesi serta beragam lini supaya bersama-sama bersinergi guna mencegah, serta menurunkan angka kematian ibu dan anak baru melahirkan.

Rosa (19) pengungsi amuk Sungai Cimanuk Garut, Jawa Barat, Selasa (04/04-2017), sekitar pukul 13.00 meninggal dunia setelah empat hari melahirkan anak pertama di RSU dr Slamet. Korban meninggal diperkirakan mengalami kelelahan setelah melahirkan anak pertamanya perempuan, yang juga diprediksikan lahir prematur pada usia kandungan sekitar tujuh bulan.
Rosa (19) pengungsi amuk Sungai Cimanuk Garut, Jawa Barat, Selasa (04/04-2017), sekitar pukul 13.00 meninggal dunia setelah empat hari melahirkan anak pertama di RSU dr Slamet.
Korban meninggal diperkirakan mengalami kelelahan setelah melahirkan anak pertamanya perempuan, yang juga diprediksikan lahir prematur pada usia kandungan sekitar tujuh bulan.

Penegasan politisi dari Fraksi PKS tersebut, mengemuka lantaran kematian ibu dan anak baru melahirkan di Provinsi Jawa Barat sepanjang 2016 menembus peringkat pertama nasional, serta kabupatennya bertengger pada peringkat terbanyak di provinsi itu.

Kepada Garut News, Selasa (09/07-2017), dikemukakan pula selama ini pun terdapat beberapa langkah menurunkan angka kematian ibu dan bayi, yang sebenarnya telah ditempuh dengan pengangkatan dan penempatan tenaga bidan pada setiap pelosok daerah.

Juga terdapat pembangunan PONED beserta BPJS, dan Jampersal untuk menggratiskan biaya persalinan. Serta menggencarkan pembangunan infrastuktur jalan dan jembatan, guna memudahkan sekaligus memerlancar mobilisasi rujukan pasien melahirkan menuju rumah sakit maupun fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih memadai.

Sasa Mutiara Al Huntara Dipangku Seorang Dermawan, Disaksikan Nenek Bayi tersebut, Ny. Lina, Rabu (19/04-2017). Ny. Lina, nenek bayi pengungsi banjir bandang sama sekali tak mengijinkan cucunya dipelihara oleh negara melalui Kementerian Sosial maupun Dinas Sosial manapun, meski Rosa (19) ibu kandung bayi tersebut meninggal dunia setelah empat hari melahirkan anak pertamanya perempuan, yang diberinya nama Sasa Mutiara Al Huntara.
Sasa Mutiara Al Huntara Dipangku Seorang Dermawan, Disaksikan Nenek Bayi tersebut, Ny. Lina, Rabu (19/04-2017).
Ny. Lina, nenek bayi pengungsi banjir bandang sama sekali tak mengijinkan cucunya dipelihara oleh negara melalui Kementerian Sosial maupun Dinas Sosial manapun, meski Rosa (19) ibu kandung bayi tersebut meninggal dunia setelah empat hari melahirkan anak pertamanya perempuan, yang diberinya nama Sasa Mutiara Al Huntara.

“Termasuk pula upaya pengembangan SDM kesehatan, melalui ragam jenis pendidikan dan pelatihan,” tandas Karnoto, antara lain menambahkan keterangannya.

“Forum Masyarakat Madani” atawa FMM”

Dalam pada itu, Kamis (04/05-2017) lalu, kalangan tokoh agama dan pemuka masyarakat pada setiap dari sepuluh wilayah kecamatan di Kabupaten Garut, yang kini dinilai memiliki intensitas angka tertinggi maupun rawan kematian ibu dan anak baru melahirkan, berhasil membentuk “Forum Masyarakat Madani” atawa FMM, dipandu langsung Tim Menthor Bandung.

Sebagai wahana pemecahan masalah dan pengambilan keputusan, menyusun dan menyepakati rencana aksi, serta membangun komitmen bersama untuk penyelamatan ibu dan bayi baru lahir.

Lantaran sepuluh kecamatan dari 42 kecamatan di kabupaten setempat tersebut, menjadikan Kabupaten Garut bertengger pada peringkat pertama di Provinsi Jawa Barat paling tingginya angka kematian ibu dan anak baru melahirkan, sehingga mendapatkan intervensi “Reflikasi Program EMAS” (Program Kesehatan Ibu dan Anak).

“Sedangkan angka kematian ibu dan anak baru melahirkan di Provinsi Jawa Barat sepanjang 2016 lalu, juga tertinggi maupun peringkat pertama nasional,” ungkap Pejabat Fungsional Promosi Kesehatan pada Dinas Kesehatan Provinsi Jabar, Wini Nur, SKM, M.Si.

Dihadapan puluhan tokoh agama dan pemuka masyarakat di Aula Dinkes Kabupaten Garut, Wini Nur juga mempresentasikan rentang waktu 2015 – 2019 lebih mengutamakan upaya promotif serta preventif kesehatan daripada kuratif maupun pengobatan, sebab “mencegah lebih baik daripada mengobati,” imbuh dia pula.

Para tokoh agama dan pemuka masyarakat ini, menjadi peserta pertemuan fasilitasi kegiatan pemberdayaan masyarakat, dalam gerakan penyelamatan ibu dan bayi baru lahir.

Kepala Dinas Kesehatan dr H. Tenni Sewara Rifai antara lain katakan, jaman dahulu kasus kematian bayi baru melahirkan banyak dianggap aib, namun kini bisa diketahuinya angka kematian ibu dan anak baru melahirkan tersebut dinilainya bagus, karena ibarat fenomena gunung es yang mencair guna mendesak segera ditanggulangi.

Kesepuluh kecamatan membentuk FMM terdiri Kecamatan Leuwigoong, Sukahurip, Balubur Limbangan, Cabatu, Cikajang, Garut Kota, Kadungora, Pasirwangi, Tarogong, serta Kecamatan Cigedug. Termasuk pembentukan FMM di Guntur, Pasundan, Cisurupan, Cilawu, Padaawas Pasirwangi, dan di Kecamatan Cisompet.

Kepala Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi pada Dinkes kabupaten setempat, Heni Juliani, SST, M.Kes detail menjelaskan, kasus kematian ibu baru melahirkan di wilayahnya masing-masing 2011 ada 45 kasus, 2012 (28 kasus), 2013 (37 kasus), 2014 (45 kasus), 2015 (45 kasus), serta pada 2016 terdapat 74 kasus sehingga cenderung mengalami peningkatan.

Penyebab langsungnya berupa pendarahan, serta penyebab tidak langsung antara lain memiliki penyakit, dengan lokasi maupun tempat kematian masing-masing di rumah 10 kasus, Puskesmas (enam kasus), dalam perjalanan (dua kasus), serta di rumah sakit terdapat 56 kasus.

Sedangkan kematian bayi baru melahirkan di Kabupaten Garut, antara lain terdiri pada 2011 ada 397 kasus, 2012 (298 kasus), 2013 (190 kasus), 2014 (297 kasus), kemudian 2016 (333 kasus), serta hingga Maret pada 2017 ini terdapat tujuh kasus, antara lain disebabkan kondisi bayi kecil dan sangat memerlukan asupan gizi yang bagus, katanya.

Lokasi maupun tempat kematian di rumah sakit 225 kasus, di rumah (41 kasus), serta di Puskesmas ada 45 kasus.

Dikemukakan Heni Juliani, ragam upaya penyelamatan ibu melahirkan dan bayi baru lahir di antaranya pelaksanaan penelusuran kasus kematian ibu dan bayi di tingkat kabupaten, serta Puskesmas.

Pelaksanaan ANC (pemeriksaan kehamilan) terpadu dengan program lain di 67 Puskesmas, pelaksanaan P4K (program perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi), evaluasi program kegiatan kesehatan ibu dan anak pada 67 Puskesmas, juga peningkatan kemampuan SDM kesehatan,

Kemudian PMT pemulihan ibu hami kurang energi kronis bagi 100 individu, perbaikan kualitas pencatatan dan pelaporan, pemenuhan sarana dan prasarana kesehatan ibu dan anak, serta regulasi kesehatan ibu dan anak, ujarnya antara lain.

Pada rangkaian helatan serupa, Rabu (26/04-2017) lalu, selain dipresentasikan konsepsi Forum Masyarakat Madani, dan indek masyarakat sipil, juga berhasil dibentuk Forum Peduli Masyarakat Madani Tingkat Kabupaten Garut diketuai Hj. Entin Martini, dengan Wakil Ketua John Doddy Hidayat dari Garut News, Sekretaris TB Ayi Sasmita, serta Bendahara Retno Novita.

Diagendakan segera membahas program kerja termasuk rencana aksi mencegah terjadinya kasus kematian ibu dan bayi baru melahirkan, dikemas Forum “Peduli Masyarakat Madani” (FMM) “Kami Siaga” atau Komunitas Aliansi Masyarakat Indonesia Sayang Ibu dan Anak Garut.

Dalam pada itu, 42 wilayah kecamatan dengan sekitar 442 desa/kelurahan di Kabupaten Garut kini dihuni sekitar tiga juta penduduk, bersumber daya kesehatan di antaranya 67 dokter umum, dua rumah sakit, 67 Puskesmas, 46 dokter gigi, 2.063 perawat, 1.083 bidan, 431 BDD, 26 apoteker, 52 sanitarian, 30 Poned.

PONED (Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar) merupakan pelayanan untuk menggulangi kasus-kasus kegawatdaruratan obstetric neonatal yang meliputi segi : Pelayanan obstetric : pemberian oksitosin parenteral, antibiotika perenteral dan sedative perenteral, pengeluaran plasenta manual/kuret serta pertolongan persalinan menggunakan vakum ekstraksi/forcep ekstraksi.

**********

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY