Fotografer : John Doddy Hidayat
Garut News ( Kamis, 02/03 – 2017 ).
Penduduk Kampung Cipepe Mekargalih Tarogong Kidul sempat digemparkan terdapatnya aksi pencurian beras menimpa salah satu rumah warga setempat.
Lantaran, belum lama ini terjadi aksi pencurian membidik bahan kebutuhan pangan pokok tersebut. Jumlahnya pun tak seberapa banyak, hanya sekitar sepuluh kilogram.
“Saya pun heran. Kok, diembat itu beras. Ya, sekitar sepuluh kilogram. Lucunya, beras itu juga tak semua dihabiskan dicuri, tetapi disisakan sekitar 1,5 kilogram. Apakah situasi ekonomi sekarang sedemikian sulit, sampai-sampai beras tak seberapa banyak pun dicuri?,” ungkap korban aksi pencurian Agus LI, Rabu (01/03-2017).
Dikemukakan, kasus pencurian trersebut diketahui sekitar pukul 04.30 WIB, dirinya bangun subuh hendak ke kamar mandi, dan berwudhu. Kaget melihat pintu dapur rumah berkondisi terbuka.
Padahal yakin sebelum tidur sekitar pukul 01.00 WIB, semua pintu rumah dan jendela ditutup, bahkan dikunci.
Mencoba meneliti keadaan ruang dapur. Ternyata, persediaan beras disimpan di wadahnya berkurang, hanya tersisa sekitar 1,5 kilogram. Terdapat ceceran beras dari melewati pintu dapur hingga jalan setapak pinggir rumah. Di pintu dapur diperoleh dompet miliknya tergeletak.
“Mungkin kantong kreseknya beras itu bocor. Sehingga ada ceceran. Sedangkan dompet, hanya uang diambil, Rp150 ribu. Dompet itu semula lemari pakaian,” katanya.
Diduga pencuri masuk rumah melalui pintu dapur. Namun anehnya, tak ada sedikitpun tanda-tanda kerusakan pada daun pintu atau pegangannya. Meski pintu dapur tersebut tak dipasangi kunci melainkan hanya palang atau selot agar tak bisa dibuka dari luar.
Menjadikan lebih heran, si pencuri terkesan sama sekali tak tertarik mengambil barang berharga selain beras hanya sekitar sepuluh kilogram, dan uang tunai Rp150 ribu.
Kendati di dapur terdapat dua unit sepeda motor masing-masing anak kuncinya bergantung pada leher sepeda motor. Juga terdapat tiga unit tabung gas elpiji tiga kilogram.
“Yang satu sepeda motor saya, satunya lagi punya anak saudara. Tetapi enggak diambil. Padahal kuncinya dua-duanya nempel. Lupa enggak diamankan,” kata Agus pula sehari-harinya berprofesi sopir angkutan kota Terminal Guntur-RSU.
Ungkapan senada dikemukakan tetangganya Dudi. Menurutnya, peristiwa cukup aneh terjadi sekitar dua tiga hari lalu tersebut, hingga kini masih menjadi pembicaraan warga.
“Kami juga tahu situasi ekonomi sekarang ini lagi sulit. Namun jika ada sampai maling beras, artinya apa ? Jangan-jangan banyak orang terancam kesulitan pangan. Bukan tak ada makanan, tapi uang membelinya enggak ada,” ujar Dudi.
Di Kampung Cipepe, kata Dudi, kebanyakan penduduk berprofesi buruh serabutan. Terutama buruh tani. Namun nasib mereka semakin terpuruk seiring makin merebaknya alih fungsi lahan pertanian menjadi perumahan, atau bangunan komersial sejak beberapa tahun terakhir ini.
**********
(NZ, Jdh).