Esay/Fotografer : John Doddy Hidayat
Garut News ( Rabu, 18/01 – 2017 ).
Kemampuan daya beli masyarakat di Kabupaten Garut masih sangat rendah, lantaran rendahnya pengeluaran per kapita, yang menempati posisi kedua terendah setelah Kabupaten Tasikmalaya, jika dibandingkan kabupaten/kota lain.
Berdasar data Susenas 2015, menunjukan rata-rata pengeluaran per kapita di Kabupaten Garut masih sangat rendah dengan besaran Rp513,37 ribu per kapita per bulan.
Atau masih terpaut Rp383,53 ribu dibandingkan angka provinsi yang telah mencapai Rp896,0 ribu per kapita per bulan.
Sedangkan proporsi pengeluaran non makanan di Kabupaten Garut juga tercatat relatif rendah dengan besaran 52,52 persen.
Sehingga masyarakat golongan ekonomi bawah harus didorong untuk menaingkatkan kemampuan dan pendapatan mereka, agar ketimpangan bisa diperkecil.
Data Susenas 2015, juga menunjukan gini rasio di Kabupaten Garut berada pada level menengah dengan besaran 0,31 yang cukup jauh dibawah angka Jawa Barat yang mencapai 0,41.
Kondisi tersebut menggambarkan pendapatan masyarakat Garut masih relatif lebih merata dibandingkan Jawa Barat secara umum.
Apabila dihubungkan dengan pengeluaran per kapita yang masih relkatif rendah, maka dapat dikatakan pendapatan masyarakat Garut cenderung merata di level menengah bawah.
Kondisi ini, didukung pula data hasil PPLS. Tercatat masih cukup tinggi penduduk yang tidak tergolong miskin, namun masih berada sedikit di atas garis kemiskinan maupun penduduk mendekati miskin, dan rentan miskin.
Karena itu, intervensi pemerintah di bidang ekonomi perlu memertimbangkan pengembangan sektor yang mampu menstimulus sektor-sektor produktif ekonomi riel.
Kemudian, kondisi IPM Garut 2015 (63,21) atau meningkat 0,98 poin dibandingkan tahun sebelumnya sehingga berada posisi status pembangunan manusia kategori “menengah”.
Kenaikan peringkat semula berposisi 26 dari 27 kabupaten/kota 2014, pada 2015 menjadi peringkat menjadi posisi ke-25.
Di wilayah Priangan Timur semula berada di posisi terbawah dari lima kabupaten/kota. Pada 2015 menjadi peringkat ke-4 di atas Kabupaten Tasikmalaya.
Capaian IPM Kabupaten garut 2015 dengan pertumbuhan IPM mencapai 1,57 persen, yang merupakan agregasi dari tiga dimensi. Terdiri umur panjang dan hidup sehat, pengetahuan, serta dimensi standar hidup layak.
Indikator angka harapan hidup sat lahir menempati posisi 18 dari 27 kabupaten/kota. Rata-rata bayi yang baru lahir bisa bertahan hidup hingga usia 70,69 tahun atau meningkat 0,20 dibanding tahun sebelumnya, yang diukur dari indikator angka harapan hidup saat lahir (AHHo).
Kondisi Kabupaten Garut 2015, IPM 63,21 dengan angka harapan hidup saat lahir 70,69 tahun, namun rata-rata lama sekolah 6,84 tahun dengan harapan lama sekolah 11,65 tahun, sedangkan pengeluaran per kapita per tahun yang disesuaikan Rp6.875.000
Berikut pertumbuhan IPM Kabupaten Garut, masing-masing pada 2011 (60,55), 2012 (61,04), 2013 (61,67), 2014 (62,23), serta pada 2015 (63,21). Maupun masing-masing pula 0,54 persen, 0,81 persen, 1,03 persen, 0,97 persen, serta 1,57 persen, atau dengan pertumbuhan 0,99 persen per tahun.
*******