Dampak Sosial dan Ekonomi Bulan Ramadhan

Dampak Sosial dan Ekonomi Bulan Ramadhan

389
0
SHARE

26 Mar 2024, 15:51 WIB

Mengawali Berbuka Puasa Dengan Kelapa Muda Segar “Sinar Purnama Galunggung”.

“Ramadhan juga meningkatkan empati sosial dan solidaritas umat Islam”

OLEH Muhammad Anhar (Dosen Departemen Ilmu Ekonomi Syariah IPB)

Ramadhan tahun ini datang di waktu yang tepat. Kondisi masyarakat yang sempat terbelah dan terpecah selama masa Pemilihan Umum 2024 seakan-akan kembali menyatu dengan hadirnya Ramadhan.

Ramadhan memang tidak hanya berpengaruh dalam hal ibadah saja, melainkan juga memiliki pengaruh terhadap interaksi sosial dalam hidup bermasyarakat yang menunjukkan Islam sebagai rahmatan lil ‘aalamiin (kasih sayang bagi seluruh alam).

Ngabuburit di Camping Ground & Resto D’Leuwi Kampung Panawuan.

Budaya dan kebiasaan masyarakat Indonesia selama bulan Ramadhan menunjukkan tingginya interaksi sosial sesama Muslim selama bulan ini.

Kebiasaan seperti ngabuburit, buka bersama, sahur on the road, sampai berburu takjil yang sedang ramai saat ini karena diikuti oleh non-Muslim menjadi bukti interaksi sosial yang semakin tinggi.

“Sinar Purnama Galunggung” Mengais Berkah Ramadhan 1445 H/2024.

Ngabuburit menjadi aktivitas harian yang menunjukkan interaksi sosial yang tinggi. Asal kata ngabuburit adalah ngalantung ngadagoan burit atau bersantai sambil menunggu sore mengalami perubahan makna dalam bulan Ramadhan menjadi kegiatan yang dilakukan saat waktu sore menjelang berbuka (Nuris 2021).

Kebiasaan yang sering dilakukan untuk ngabuburit adalah berburu makanan untuk berbuka puasa atau takjil yang mencerminkan interaksi sosial antara pedagang dan pembeli.

Rehat Sejenak Menunggu Konsumen Sayuran Berbuka Puasa.

Peningkatan interaksi sosial juga terjadi dalam ibadah shalat tarawih. Berkumpulnya umat Islam setiap malam di masjid atau mushala tentunya akan menghadirkan komunikasi sesama jemaah.

Interaksi jamaah seperti mengobrol atau diskusi sebelum maupun sesudah shalat tarawih menjadikan hubungan antar jamaah juga makin erat.

Bergegas Untuk Berbuka Puasa.

Hal ini sangat bermanfaat, terutama untuk menghindari kesepian yang dalam rilis World Health Organization (WHO) di akhir 2023 lalu menjadi ancaman baru bagi kesehatan manusia.

Risiko kesehatan yang ditimbulkan oleh kesepian yang dirasakan manusia sama buruknya dengan merokok 15 batang per hari.

Atlet Berbakat Cabor Atletik Asal Singaparna Tasikmalaya Tekun Berpuasa.

Dampak yang lebih parah tertuju pada orang dewasa yang lebih tua karena meningkatkan risiko demensia sebesar 50 persen dan risiko stroke sebesar 15 persen (CNN Indonesia 2023).

Selain itu, interaksi sosial yang positif akan memengaruhi kebahagiaan seseorang (Fadhilah 2018).

Islam sebagai rahmatan lil ‘aalamiin (kasih sayang bagi seluruh alam) Beserta Penghuninya.

Ramadhan juga meningkatkan empati sosial dan solidaritas umat Islam. Kebiasaan umat Islam yang sering dilakukan adalah berbagi takjil, selain berburu takjil. Banyak kelompok atau organisasi yang turun ke jalan sekadar berbagi takjil kepada siapa saja yang lewat.

Berbagi takjil ini merupakan salah satu bentuk sedekah yang tentu pelakunya berharap pahala yang besar karena dilakukan di bulan Ramadhan. Sedekah dipercaya oleh umat Islam akan menjaga dirinya dari penyakit, faktor yang berguna untuk menambah rezeki, dan juga menjadi penyebab dirinya mendapatkan kesejahteraan (Adawiyah dan Syuaib 2021).

Bahagia Datang Bagi Orang yang Tabah.

Peningkatan empati umat Islam juga dapat dilihat dari pengumpulan zakat, infak, serta wakaf yang biasanya berjumlah besar selama Ramadhan.

Memutar roda perekonomian
Datangnya Ramadhan menjadi berkah bagi semua orang, bukan hanya umat Islam. Ramadhan sering kali menggerakkan roda ekonomi dengan cepat karena belanja sebagian besar masyarakat meningkat di bulan ini, apalagi diiringi dengan datangnya Idul Fitri.

Bekerja Keras, Ikhlas, dan Tuntas Disertai Do’a juga Ikhtiar.

Belanja masyarakat yang meningkat meliputi berbagai macam sektor, seperti makanan, minuman, jasa, kebutuhan pokok, transportasi, sampai dengan pariwisata.

Meningkatnya transaksi dan belanja rumah tangga pada Ramadhan tahun ini disebabkan membaiknya kondisi ekonomi dan juga telah hilangnya pandemi Covid-19. Pertumbuhan ekonomi tumbuh melambat sepanjang tahun 2020-2022 karena pandemi Covid-19 yang membuat sebagian besar rumah tangga menahan belanjanya.

Pesantren Tahfidz Yadul ‘Ulya Kampung Panawuan.

Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA), David Sumual, menghitung bahwa potensi kenaikan perputaran uang selama Ramadhan 2024 ini dalam rentang 10-15 persen yoy sehingga perputaran uang akan makin besar dan kencang (Pink 2024).

Realisasi peredaran uang selama Ramadhan dan Idul Fitri tahun 2023 mencapai Rp 189 triliun (Siswanto dkk 2024).

Ikut Ngabuburit.

Bank Indonesia sendiri telah menyiapkan uang layak beredar sebesar Rp 197,6 triliun dalam rangka memenuhi penukaran uang tunai. Jumlah ini meningkat 4,65 persen dibandingkan dengan realisasi peredaran uang tahun lalu (Setiawan 2024).

Peningkatan uang beredar ini sejalan dengan meningkatnya permintaan, terutama umat Islam dalam memenuhi kebutuhannya selama Ramadhan dan Idul Fitri. Hal ini juga ditambah dengan prediksi meningkatnya mobilitas umat Islam yang berkaitan dengan mudik.

Incu Abah Jelang Berbuka Puasa.

Sayangnya, perputaran roda ekonomi ini sepertinya akan menemukan hambatan, yaitu naiknya harga bahan pokok, terutama beras. Kenaikan harga beras justru terjadi sebelum datangnya Ramadhan sehingga diprediksi akan menahan belanja rumah tangga.

Jadi, roda ekonomi akan tetap berputar lebih tinggi pada Ramadhan dibandingkan bulan lainnya, tetapi pergerakannya agak lambat.

Ngabuburit Atau Ngadagoan Kabogoh He he he….

Alokasi keuangan muslim selama Ramadhan bukan hanya untuk konsumsi semata, melainkan juga untuk ibadah, yang meliputi zakat, infak, sedekah, dan wakaf (Ziswaf). Pengumpulan Ziswaf biasanya mencapai puncaknya selama Ramadhan setiap tahunnya.

Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) RI menargetkan pengumpulan Ziswaf selama Ramdhan 2024 sebanyak Rp 430 miliar (Prasetyo 2024). Pengumpulan Ziswaf yang besar ini tentu akan meningkatkan pendistribusiannya sehingga belanja para mustahik (orang yang berhak menerima zakat) selama Ramadhan akan naik.

Fenomena lain yang terjadi pada Ramadhan kali ini adalah naiknya minat masyarakat muslim Indonesia untuk melaksanakan umrah karena keutamaannya yang besar di Ramadhan.

Ramadhan benar-benar membawa berkah bagi seluruh manusia, baik secara sosial dan ekonomi. Peningkatan ibadah selama Ramadhan akan meningkatkan juga interaksi sosial dan roda ekonomi, sehingga semua manusia akan merasa senang dan bahagia. Semoga Ramadhan kali menjadi Ramadhan terbaik bagi para pembaca.

*******

Republika.co.id/Ilustrasi Fotografer : Abah John.

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY