Esay/Fotografer : John Doddy Hidayat
Garut News ( Ahad, 11/12 – 2016 ).
Camat Selaawi Ridwan Efendi menyatakan, salah satu prioritasnya berupa pengembangan kawasan masyarakat bambu mandiri, lantaran selama ini produktivitas sekitar 1.600 pengrajin sangkar burung dan ragam alat rumah tangga berbahan baku bambu, sebagian besar masih belum maksimal bisa memenuhi kebutuhan permodalannya.
Sehingga mereka pun masih tergantung bahkan ditentukan pihak lain dalam memenuhi kebutuhan investasi juga produk pengembangan usahanya masing-masing.
Maka senantiasa dilakukan beragam pendekatan menumbuhkan kemandirian secara terstruktur, sistematis, serta secara masif, ungkapnya kepada Garut News, Ahad (11/12-2016), pada pembukaan Selaawi Festival 11-17 Desember 2016 menyemarakan Hari Jadi ke-33 kecamatan tersebut.
“Optimis pengembangan masyarakat bambu mandiri tersebut bisa diwujudkan, menyusul sangat tingginya pertumbuhan partisipasi masyarakat dengan motivasi yang luar biasa bahu-membahu menyukseskan pelbagai program pembangunan, termasuk pada upaya pengembangan usahanya,” ujar Camat Ridwan Efendi.
Bahkan kini berhasil meraih pemecahan Rekor Muri, atas pembuatan sangkar burung terbesar di dunia, rangkaian sangkar burung terpanjang, serta penanaman bambu mancanegara ( bambu dunia), berbasiskan “selamatkan dunia, sejahterakan masyarakat dengan bambu”, imbuh Camat Selaawi.
Para pengrajin bambu di Kecamatan Selaawi tersebar pada tujuh desa, seluruhnya dihuni 39 ribu penduduk atau 11 ribu kepala keluarga dengan total luas wilayah 34.000 hektare.
Bupati Rudy Gunawan kepada Garut News seusai melakukan penanaman bambu mancanegara katakan, sangat tingginya antusias partisipasi masyarakat.
Sedangkan mengenai upaya memandirikan mereka, di antaranya melalui pasokan bantuan stimulan senilai Rp250 juta pada 2017 mendatang melalui pemerintahan kecamatan. Bupati kemudian menggelar sarasehan bersama para pengrajin bambu.
Kepala Seksi Pemerintahan Kecamatan Selaawi, Tata mengatakan pembuatan Ikon berupa sarang burung terbesar di dunia ini setinggi tujuh meter lebih, bergaris tengah lima meter dikerjakan masyarakat pengrajin selama dua bulan, yang sedikitnya menelan biaya Rp20 juta.
Kreativitas masyarakat itu, selain memproduk ragam komoditi berbahan baku anyaman bambu, juga pelbagai jenis makanan ringan, serta menjadi pengrajin alat rumah tangga.
Harga satu set terdiri tiga sangkar burung tersebut berkisar Rp250 ribu hingga Rp3 juta, tergantung ukuran serta kualitasnya.
Kecamatan Selaawi terletak sekitar 35 km arah utara dari pusat Kota Garut, kini lintasan ruas badan jalan sepanjang sekitar 12 kilometer di antaranya berkondisi rusak, yang menurut Bupati Garut bakal dilakukan perbaikan dan peningkatan jalan pada 2017.
Dalam pada itu, dari total 970 hektare areal persawahan. Terdiri 125 hektare beririgasi teknis, 300 hektare irigasi setengah teknis, serta terdapat 545 hektare sawah tadah hujan, ungkap penyuluh pertanian setempat, Hidayat.
Kondisi tersebut disikapi Bupati Rudy Gunawan, bakal dilakukan pengeboran air bersih kemudian dinaikan setinggi 100 meter, minimal bisa memenuhi kebutuhan seribu rumah tangga penduduk, katanya.
Semarak Festival Selaawi selama tujuh hari – tujuh malam, antara lain digelar pertunjukan seni calung, bajidor, angklung, lomba qasidah, marawis, juga terdapat seni pertunjukan tari jaipong, serta cerdas cermat.
Festival dibuka Kepala BKPP Wilayah IV, Dedi Mulyadi yang mengharapkan pula terwujudnya penguatan potensi lokal menjadi sentra Bambu Garut dan Jawa Barat.
Sebagai potensi unggulan, juga harus memiliki daya saing kualitas dan kuantitas, serta dengan harga yang bisa dijangkau masyarakat, imbuh dia.
**********