“Lembah di Bawah Perbukitan Menuruni Sekitar 439 Anak Tangga”
Esay/Fotografer : John Doddy Hidayat
Garut News ( Rabu, 28/06 – 2017 ).
Meski dijual dengan harga Rp20 ribu per kilogram, namun beras merah produk masyarakat adat Kampung “Nagawir” (Naga) di wilayah Kecamatan Salawu Tasikmalaya, Jawa Barat, banyak digemari kalangan wisatawan, yang berkunjung pada situs warisan budaya tersebut.
Banyak pengunjung yang membelinya itu, sekaligus menyaksikan langsung gabah kering diproses menjadi beras dengan ditumbuk halu/alu pada lisung/lesung kayu pada anjungan khusus penumbuk padi.
Seperti dikerjakan Jonan, pria kelahiran 1930 bersama istrinya sejak pagi hingga menjelang sore.
Mereka bersama-sama menumbuk gabah kering menjadi beras, kemudian langsung mengemasnya setiap kilogram pada plastik.
Jonan, ayah empat anak dan kakek 11 cucu ini kepada Garut News, Rabu (28/06-2017), mengaku meski dirinya asli penduduk kampung adat, tetapi hanya memiliki belasan tumbak areal persawahan, setiap tumbaknya seluas 14 m2.
Sehari-hari hanya berdua dengan istrinya, lantaran seluruh anak bersama cucunya merantau ke luar wilayah kampung adat.
Dari sedikitnya dua hektare luas total perkampungan tersebut, termasuk areal persawahaan beserta kawasan hutan larangan, yang tak boleh dijamah siapa pun.
Guna menjaga sumber air, agar tak terjadi bencana kekeringan, serta supaya terhindar dari jenis bencana alam lainnya, ungkap Jonan.
Sekitar 300 penduduk atau 110 kepala keluarga yang menghuni perkampungan ini, menempati 101 rumah adat.
Terdapat pula bangunan pertemuan, masjid, beserta hamparan tanah lapang, juga fasilitas adat lainnya.
Pada liburan panjang Lebaran Idul Fitri 1438 H/2017, banyak didatangi pengunjung antara lain dari Garut, Bandung, Sumedang, Jakarta, bahkan pengunjung asal luar Pulau Jawa.
Ramainya pengunjung mendatangi ragam obyek wisata termasuk di Kabupaten Garut.
Sehingga pada Lebaran hari keempat, Rabu (28/06)-2017), menjadikan kepadatan arus lalu lintas yang kerap tersendat, yang bahkan berlangsung dari dua arah.
Kemacetan juga acap berlangsung dari kedua arah pada lintasan dari arah Bandung – Garut – Tasikmalaya.
Para pengguna mobil pribadi serta sepeda motor masih sangat mendominasi.
Sedangkan masyarakat Adat Kampung Naga, berlokasi pada lembah di bawah perbukitan, yang bisa mudah dijangkau dengan berjalan kaki menuruni sekitar439 anak tangga.
*********