Red: Maman Sudiaman
Oleh : Asma Nadia
REPUBLIKA.CO.ID, Surga yang terperangkap di muka bumi.
Begitu julukan orang tentang keelokan bahari Indonesia. Saya beruntung menjadi saksi betapa menawan kehidupan bawah laut nusantara.
Pengalaman pertama ketika diundang menjadi pembicara di Manado dan menyempatkan diri menyelam di Taman Laut Bunaken. Hingga kini masih menyisakan kenangan menakjubkan.
Kesempatan kedua hadir ketika diajak ikut bermain dalam film Duka Sedalam Cinta di Maluku Utara.
Masyarakat setempat menjamu kedatangan kami dengan ramah sambil memperkenalkan keindahan laut di wilayahnya, salah satunya di Pulau Widi.
“Kami tidak kalah dengan Raja Ampat,” ujar salah satu dari mereka dengan bangga.
Raja Ampat yang dinobatkan sebagai world heritage oleh UNESCO dan disebut sebagai tujuan snorkeling terbaik dunia oleh CNN, memang menjadi agenda berikut setelah Maluku Utara.
Tidak ingin hilang kesempatan, kami pun snorkeling menikmati pesona bawah laut yang ditawarkan.
Tapi sebuah bencana terjadi.
Salah seorang wisatawan entah kenapa mendapat masalah saat beraktivitas di lautan dengan karang indah. Ia panik seperti nyaris tenggelam, padahal kedalaman laut hanya 1 meter. Kakinya menginjak apa saja agar tidak terperosok, bahunya tergores karang, tangannya berdarah hingga akhirnya berhasil bangkit.
Laut dangkal yang semula jernih mendadak keruh, bahkan gelap. Debu butiran karang yang hancur mengotori lautan. Karang yang begitu cantik remuk sebagian, mungkin ini salah satu perusakan pertama, mengingat pulau tersebut terbilang masih perawan.
Lucunya, kami bukan panik dengan keadaan orang itu, tapi justru gundah menyaksikan kerusakan yang terjadi. Sekitar satu meter terumbu karang beserta alga laut lebur karena salah injak dan tertimpa badannya. Sayang, sungguh sayang sekali.
Beberapa hari kemudian kami ke Raja Ampat. Pengalaman menyaksikan terumbu karang yang rusak betul-betul tertanam di benak.
Setiap berenang kami sangat berhati-hati. Jika pun mau menapak, kami mencari batu bulat sebagai pijakan agar tidak merusak biota laut.
Penduduk setempat juga sudah terdidik untuk menjaga alam. Masyarakat yang dulunya menangkap ikan untuk penghasilan, kini tidak lagi melakukannya karena tahu itu salah satu bentuk kekayaan alam dan daya tarik wisata. Bahkan tidak tampak anak-anak mencari ikan sekadar untuk koleksi. Sungguh sebuah kesadaran tinggi.
Karenanya bisa terbayang betapa pilunya saya ketika membaca berita hancurnya terumbu karang akibat kelalaian kapal pesiar MV Caledonian Sky awal Maret lalu. Mirisnya, kejadian sebesar ini baru mencuat di media beberapa hari lalu atau sepuluh hari setelah terjadi.
Kapal berbendera Bahama, yang belakangan diketahui pemiliknya berkebangsaan Inggris tersebut berlayar di lautan rendah yang mengakibatkan kerusakan alam luar biasa. Meremukkan wilayah dengan 75% biota laut dunia.
Surga di bawah laut hancur hanya dalam hitungan menit.
Berdasarkan perhitungan awal, kerusakan mencapai 13,533 m2 lebih. Jika dibandingkan kepiluan kami melihat seorang yang secara tidak sengaja merusak area satu meter di Pulau Widi, kejadian di Raja Ampat seperti tiga belas ribu orang turun dan menginjak-injak karang bersamaan.
Area seluas lebih dari dua lapangan sepak bola hancur karena keteledoran kapal yang seharusnya hanya boleh berlayar di laut kedalaman 7 meter.
Bisa terbayang, semua penyelam dan wisatawan diingatkan menjaga agar tidak membuat satu karang pun patah, tak satu langkah pun menginjak karang, kini sebuah kapal merusak warisan ribuan tahun dengan begitu mudah.
Butuh ratusan tahun lagi untuk mengembalikan karang seperti semula, bahkan mungkin tidak pernah benar-benar pulih seluruhnya seperti asal.
Kini pemerintah harus bertindak tegas menuntut pertanggung jawaban.
Indonesia membutuhkan kehadiran wisatawan. Tentu, tapi bukan yang merusak.
Peraturan ketat harus diberlakuan untuk kapal-kapal besar yang akan hadir melayari laut indah Indonesia. Agar surga yang ada di bawah laut terpelihara, tidak hancur karena kelalaian manusia.
Doa saya untuk Raja Ampat, semoga semakin terjaga. Juga surga laut lain di tanah tercinta.
*******
Republika.co.id