Garut News ( Selasa, 18/03 -2014 ).
Pencarian pesawat Malaysia Airlines MH370 memasuki babak baru.
Area pencarian diperluas, dan 25 negara dimintai bantuan.
Perkembangan terakhir sejak konferensi pers pada Sabtu (15/03-2014) oleh Perdana Menteri Malaysia Najib Razak menunjukkan penca,rian difokuskan ke wilayah sekitar Samudra Hindia.
Ada dua koridor pencarian.
Koridor utara wilayah membentang dari Turkmenistan dan Kazakhstan.
Koridor selatan mencakup wilayah Indonesia, dan bagian selatan Samudra Hindia.
Bagaimana sebenarnya para pakar membuat dugaan sehingga mampu menetapkan lokasi pencarian MH370 hilang?
Celah komunikasi satelit
Tim Farrar, konsultan komunikasi satelit di Telecom, Media and Finance Associates, menulis penjelasan sederhana di The Malaysian Insider pada Ahad (16/03-2014).
Farrar menjelaskan, terdapat dua cara agar keberadaan pesawat bisa diketahui, yakni dengan sinyal radar, dan “ping“ dari satelit.
Kedua sistem itu memiliki perbedaan.
Di pesawat terdapat radar sekunder atau transponder berguna mengirimkan lokasi, ketinggian, kecepatan, dan arah gerak pesawat ke pengendali lalu lintas udara di darat.
Dengan adanya transponder itulah, pengendali lalu lintas udara di darat bisa memastikan pesawat terbang ke arah benar sesuai rutenya.
Radar mendeteksi pesawat tak hanya radar sipil, tetapi juga radar militer punya kemampuan lebih tinggi.
Di pesawat juga terdapat Aircraft Communications Addressing and Reporting System (ACARS).
Alat ini merupakan sistem mengirim banyak data ke pihak maskapai, pembuat pesawat, dan lainnya.
Dalam kasus hilangnya Malaysia Airlines, baik transponder, maupun ACARS, dimatikan.
Oleh karenanya, pesawat hilang dari radar sipil.
ACARS diduga dimatikan sesaat setelah pesawat lepas landas.
Sementara itu, radar sekunder dimatikan sekitar 45 menit setelah lepas landas.
Upaya menonaktifkan dua alat itu tak mudah.
Oleh sebab itu, ada dugaan orang melakukannya memang sangat mengetahui seluk beluk pesawat.
Saat dua alat tersebut dimatikan, saat itu pulalah muncul laporan hilang kontak dengan MH370, yakni Sabtu (08/03-2014) dini hari sekitar pukul 01.30 waktu Malaysia.
Namun, matinya ACARS dan transponder tak lantas membuat MH370 tak bisa dilacak.
Pukul 02.40 waktu Malaysia pada hari sama, radar militer Malaysia mendeteksi keberadaannya.
Menurut radar militer, MH370 bergerak ke arah barat, menuju selat Malaka atawa sebelah timur wilayah Aceh, Indonesia.
Dari wilayah tersebut, MH370 terus bergerak ke wilayah laut Andaman, mulai dari selatan Phuket, Thailand, hingga ke tengah perairan tersebut.
Karena terbaca radar militer itulah, muncul dugaan MH370 terbang ke wilayah Samudra Hindia.
Perkembangan selanjutnya, lantaran pesawat terus bergerak menjauhi wilayah Malaysia, akhirnya pergerakan pesawat tak bisa terbaca radar militer negara itu.
Namun, bukan berarti tak ada celah.
Ada perlu diketahui tentang ACARS.
Farrar mengungkapkan, ACARS bisa diumpamakan seperti Twitter.
Pertama, seperti Twitter, ACARS juga memiliki pilihan jalur sehingga pengguna bisa memanfaatkannya.
Twitter bisa digunakan lewat koneksi broadband atawa WiFi di rumah, atau bisa juga menggunakan koneksi data seluler dalam perjalanan.
ACARS juga punya pilihan penggunaan.
Selama pesawat berada di atas daratan, sinyal ACARS dikirim lewat VHF.
Apabila di atas lautan, maka sinyal memanfaatkan satelit komunikasi (Satcom).
ACARS juga seperti Twitter sebab penggunanya bisa “sign out“ atau dinonaktifkan.
Dengan demikian, pengguna tak mampu mengirim atau menerima pesan.
Namun, seperti ketika menggunakan Twitter, “sign out“ tak berarti pengguna terputus dengan penyedia layanan seluler.
Bila ACARS dinonaktifkan, tak berarti hubungan antara terminal satelit di pesawat dan satelit komunikasi kemudian terputus.
Satelit komunikasi masih bisa mengirim “permintaan” memastikan pesawat masih bisa dijangkau.
Respons “permintaan” itulah dimaksud dengan “ping“.
MH370 terhubung jaringan satelit Inmarsat, sebuah perusahaan satelit komunikasi di Inggris.
Data “ping“ dari Inmarsat itulah membantu para investigator menentukan kemungkinan lokasi MH370.
Penentuan dua koridor
Arsitektur jaringan terbaru dikembangkan Inmarsat dinamakan Inmarsat 4.
Ini bisa diibaratkan jaringan LTE pada komunikasi seluler, sebenarnya sangat ampuh.
Dalam pengembangan sistem itu, Inmarsat mengenalkan layanan lebih mumpuni pada 2010.
Layanan itu diberi nama SwiftBroadband.
Jika menggunakan jaringan generasi itu, maka detail posisi pesawat, ketinggian, dan kecepatan bisa diketahui dari “ping“ dikirim.
Sayangnya, MH370 belum menggunakan jaringan itu.
Pesawat tersebut masih menggunakan jaringan lebih tua, setara jaringan 3G komunikasi seluler.
Pada pesawat, perangkat terpasang masih Swift64 sehingga data seperti kecepatan, dan lokasi pesawat tak bisa diketahui.
Jadi, lokasi kudu diperkirakan.
Sejumlah “ping“ diterima satelit hingga 7,5 jam setelah MH370 lepas landas, atau terakhir pada Ahad (09/03-2014).
Dari sana, investigator bisa memerkirakan lokasi relatif pesawat terhadap satelit Inmarsat3F1 di Samudra Hindia terletak pada 64 derajat Bujur Timur.
Swift64 mengandalkan disebut global beam menerima “ping“.
Jarak terhadap satelit bisa diperkirakan dengan melihat kekuatan sinyal dikirimkan, serta waktu tempuh sinyal.
Sebuah kalkulasi memerhitungkan posisi terakhir pesawat, kecepatan, ketersediaan bahan bakar, kemudian dilakukan.
Dengan demikian, dua koridor pencarian kemudian diperoleh, di utara dan selatan, Turkmenistan ke Kazakhstan, serta Indonesia hingga sebelah selatan Samudra Hindia.
Koridor pencarian tecermin dalam garis putus-putus berwarna hijau tersaji pada gambar di atas.
|
|||||