

“Bupati Wujudkan PIS Didukung Kualitas Penguatan Keluarga”
Garut News ( Rabu, 04/09 – 2019 ).
Bupati Garut H. Rudy Gunawan, SH, MH, MP menyatakan kesiapannya selama ini mewujudkan keberhasilan ‘Program Indonesia Sehat’ (PIS) yang antara lain didukung kualitas penguatan keluarga.
Selain terpenuhinya ‘Sanitasi Total Berbasis Masyarakat’ (STBK), berpola asuh tidak keliru, pengelolaan sampah pada lingkungan RT termasuk pada lingkup setiap rumah tangga, juga masyarakat gemar berolahraga teratur setiap hari, serta mengonsumsi buah dan sayuran.

Demikian dikemukakan Bupati pada rangkaian helatan dukungan ‘Aliansi Pita Putih Indonesia’ (APPI) dan Penggerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas), serta Pencegahan Stunting di Alun Alun Cibatu, Rabu (04/09-2019).
Rudy Gunawan juga katakan, dengan kerja keras juga peran serta seluruh elemen dan komponen termasuk APPI, jajaran Pemkab setempat dipastikan bisa menjadikan Kabupaten Garut ‘Zero New Stunting’.

Dia pun detail menjelaskan mengenai gejala, dampak, serta ragam upaya pencegahan terjadinya stunting.
Sekaligus dengan humanis, Bupati berdialog langsung dengan kalangan ibu-ibu, termasuk menanyakan upaya selama ini diselenggarakan masyarakat Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat, manfaat berolahraga serta mengonsumsi buah-buahan dan sayuran.

Wakil Ketua APPI Pusat, Endang Sri Widianingsih, SKM, MS antara lain menyatakan apresiasi positipnya terhadap tingginya atensi juga kepedulian Bupati Garut bersama APPI menyukseskan Germas dan Pencegahan Stunting.
Pepres No. 42/2013 sebagai regulasi percepatan penanggulangan stunting, terdiri spesifik internal sebagai penyebab langsung, dan penyebab tidak langsung, sedangkan penyebab mendasarnya faktor ekonomi.

Stunting Garut 2013 (43) menjadi 34, stunting belum memasyarakat atau banyak yang belum mengetahuinya, stunting berkaitan dengan rendahnya kemampuan motorik otak, beda dengan kerdil
Upaya penanggulangannya dengan elaborasi, serta secara integrasi. Juga korelasi antara stunting dan hygiene/sanitasi.
“Pola asuh yang keliru, juga mendesak segera dibenahi serta ditingkatkan kualitasnya, meningkatkan pula akses ke makanan bergizi, dan terpenuhinya akses pada air bersih”

Sehingga sesuai dengan pemenuhan komposisi otak terdiri karbohidrat, lemak dan protein hewani (ikan).
Kemudian trend kematian ibu dan bayi 2014-2018, Jabar bernomor satu 700 kematian ibu 2018, dengan 3.083 kematian bayi, di Kabupaten Garut 55 kematian ibu, neonatalnya 262 (2017) menjadi 255 pada 2018.

Kematian ibu pada 2019 triwulan kedua didominasi pendarahan dan hipertensi, karekristik kematian ibu di Jabar tempat kematian ibu paling banyak di rumah sakit, lantaran telat mengambil keputusan, banyak diskusi dengan keluarga, sehingga ke rumah sakit hanya saat melahirkan, berat badan bayi lahir pun rendah.
Strategi penurunan kematian ibu – bayi, dengan “strategi komunikasi perubahan perilaku” (Strakom), penguatan layanan masal sebelum hamil (calon, remaja, PUS yang akan merencanakan kehamilan yang ke-2/3.

Sehingga APPI pun gencar memantapkan monitoring dan evaluasi dalam optimalisasi Germas Hidup Sehat Pencegahan ‘Stunting’ di wilayah Kecamatan Cibatu, dan Leuwigoong Garut, Jawa Barat.
Berdasar random sampel pada 2016 silam menunjukan 24 persen anak dari 300 kepala keluarga berkondisi stunting.

Mereka tersebar dari 20 wilayah kecamatan dengan 30 desa di seluruh wilayah kabupaten, bahkan jumlahnya meningkat drastis dari 24 persen menjadi 43 persen atau nyaris mencapai 200 persen peningkatannya berdasar hasil random sampel selama 2017 lalu.
Hasil random sampel 2017 tersebut, juga diselenggarakan pada 20 wilayah kecamatan dengan 30 desa di kabupaten itu.

Paling banyaknya anak Garut berkondisi stanting di Jabar ini, ditanggulangi dengan beragam upaya termasuk di antaranya konseling dan perbaikan gizi.
Sehingga pada 10 desa prioritas dengan delapan Puskesmas prioritas di Kabupaten Garut 2017, ada 87 gizi buruk, 5.621 bumil anemia, 3.296 bumil KEK, 460 balita kurus, 43,2 prevalensi stunting, 51 kematian ibu, serta 286 kematian bayi pada proses persalinan.

Terjadi penurunan angka kematian ibu dan angka kematian bayi (AKI/AKB) pada proses persalinan.
Selama 2016 silam terjadi 74 kasus ibu meninggal, kemudian turun menjadi 45 kasus pada 2017 lalu.
Kemudian pada 2016 ada 333 kasus bayi meninggal juga turun menjadi 226 kasus bayi meninggal pada 2017 lalu, antara lain berkat proses penanganan yang cepat maupun terintegrasi.

Sedangkan persalinan di fasilitas kesehatan pada 2016 mencapai 89 persen atau 53.000 an, tetapi pada 2017 lalu mencapai 70 persen atau 48.000 an proses persalinan di fasilitas kesehatan.

Menurutnya, persalinan menjadi 70 persen di fasilitas kesehatan tersebut, bisa saja terjadi berkat keberhasilan program KB (Keluarga Berencana).

********

Esay/Fotografer : John Doddy Hidayat.