Garut News ( Rabu, 14/05 – 2014 ).
Gagasan mengeluarkan travel warning bagi warga Indonesia bepergian ke Arab Saudi layak dipertimbangkan.
Semakin banyak bukti warga negara kita diduga terjangkit virus “Middle East respiratory syndrome coronavirus” (MERS-CoV) terus bertambah.
Semula 48, kini telah menjadi 77, tersebar di sejumlah provinsi.
Penyakit ini tak bisa dipandang sebelah mata.
Berdasar data pemerintah Arab Saudi, tercatat 483 terinfeksi, 29,3 persen di antaranya meninggal.
Salah satu korban meninggal, NA.
Perempuan asal Madura lama tinggal di Jeddah itu meninggal pada 27 April lalu.
Korban flu Arab lainnya Jumallang Lejja, 84 tahun, jemaah umrah asal Makassar kini dirawat di Rumah Sakit King Fahd, Jeddah.
Pemerintah tak boleh kecolongan seperti kasus flu burung.
Ketidaktegasan sikap pemerintah terhadap penyakit ini sungguh disayangkan.
Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi mengatakan pemerintah tak mengeluarkan travel warning bagi warga pergi beribadah umrah atawa haji.
Sikap ini amat berisiko lantaran setiap bulan sekitar 150 ribu orang Indonesia berumrah ke Tanah Suci.
Mereka amat rentan tertular penyakit.
Pemerintah memang menyiapkan alat pemindai panas di beberapa bandara mendeteksi jemaah mengalami demam.
Tetapi, dengan jumlah anggota jemaah berjibun, jelas itu bukan pekerjaan mudah.
Lagi pula saat ini pemerintah juga belum tahu bagaimana cara virus itu menular.
Virus mulai muncul di Arab Saudi pada pertengahan 2012 itu diduga menyebar melalui cairan, seperti dari batuk dan bersin, atawa melalui sentuhan benda-benda terkontaminasi virus.
Virus ini diduga juga menyebar dari unta ke manusia.
Kesembronoan pemerintah bisa berakibat fatal, seperti munculnya pandemi flu burung menimbulkan kerugian ekonomi besar.
Tak ada ruginya sedia payung sebelum penyakit itu datang.
Pemerintah tak perlu mengambil langkah ekstrem, seperti moratorium pengiriman jemaah umrah dan haji, lantaran bisa berdampak besar, secara ekonomi maupun sosial.
Namun pemerintah bisa memerketat aturan.
Contohnya, jemaah diwajibkan disuntik vaksin flu seperti halnya kewajiban suntik vaksin meningitis.
Vaksin flu ini memang tak dikhususkan MERS.
Namun sejumlah pakar kesehatan yakin vaksin ini bisa menaklukkan penyakit walaupun tak 100 persen.
Juga tak kalah penting menyosialisasi bahaya penyakit ini di biro-biro perjalanan penyelenggara umrah.
Kelompok paling rentan terserang virus, seperti orang tua berusia 65 tahun ke atas atawa ibu hamil, sebaiknya juga dilarang berangkat.
Badan Kesehatan Dunia dinilai agak lamban dan kurang intensif menangani virus MERS.
Pemerintah kudu belajar penanganan kasus virus SARS (2003), dan flu burung (2004-2005) di Indonesia.
Keterlambatan menangani dua virus itu membuat pemerintah panik setelah terjadi pandemi.
******
Opini/Tempo.co