“Dirut RSUD dr Slamet, Membantah Keras”
Garut News ( Jum’at, 29/11 ).
Aksi mogok puluhan dokter, menjadikan RSUD dr Slamet Garut, Jawa Barat, nyaris sepenuhnya lumpuh.
Lantaran beberapa tempat pelayanan kesehatan nampak sepi, seperti halnya delapan poliklinik spesialis biasa melayani pasien rawat jalan terlihat tutup.
Akibatnya, puluhan hingga mungkin ratusan pasien hendak berobat terpaksa harus kembali pulang ke rumahnya.
“Kalau tahu seperti ini saya tak akan datang ke rumah sakit,” ujar Sukmaya(48), warga Limbangan hendak membawa anaknya berobat ke Poliklinik Saraf, Rabu (27/11).
Kondisi serupa juga dialami keluarga pasien lainnya.
Seperti Tatang hendak membawa anak berobat pada poliklinik mata, dan Siti Kadariah hendak berobat suaminya ke poliklinik jantung.
“Harusnya ada pemberitahuan dulu kalau mau tutup seperti ini, perjalanan saya jauh kudu lima jam bisa sampai ke rumah sakit ini,” ujar Siti warga wilayah Kecamatan Bungbulang.
Pasien tengah dirawat pun mengaku diterlantarkan.
Hingga siang mereka belum mendapat pemeriksaan dokter.
Seperti dialami Julaeha(28), penduduk Desa/Kecamatan Cibiuk.
Dia dirawat selama dua hari lantaran keguguran.
“Biasanya setiap pagi diperiksa, ini juga mau pulang tetapi belum bisa sebab tak ada dokter,” katanya.
Tak hanya itu, kegiatan operasi di ruang bedah pun belum dilakukan.
Padahal di ruangan tersebut, terdapat satu pasien hendak di operasi ceasar sebab hamil sungsang atawa
melintang.
“Kami masih menunggu dokter. Kalau untuk operasi yang terjadwal tak ada sebab ditarik ke hari kemarin jadwal hari ini,” kata seorang perawat enggan disebut namanya.
Direktur RSUD dr. Slamet Garut, Maskut Farid, membatah keras apabila pelayanan terhadap pasien
menjadi lumpuh.
Kata dia, seluruh dokter memberikan pelayanan seperti biasa.
“Bedanya kalau hari ini para dokter melayani pasien gawat saja, sedangkan yang bisa ditunda dilayani besok,” katanya.
Didesak pertanyaan terkait penutupan pelayanan di poliklinik, Maskut mengaku pasien berobat
pasien rawat jalan.
Karena itu, pelayanan kesehatan bisa ditunda atawa dilakukan pada esok hari.
Jumlah kunjungan pasien ke poliklinik ini setiap harinya mencapai 500 lebih.
“Pelayanan poli kan tidak cito (gawat), jadi bisa ditunda dulu,” katanya pula.
Aksi mogok kerja ini dilakukan para dokter dengan cara berkumpul di mesjid Rumah Sakit.
Dengan menggunakan pengeras suara mesjid, mereka mengecam putusan bersalah Mahkamah Agung terhadap dokter Dewa Ayu Sasiary SpoG bersama dua rekannya, dr. Hendry Siagian dan dr Hendry Simanjuntak, karena dinilai melakukan malapraktek terhadap Julia Fransiska Maketey, meninggal dunia saat melahirkan.
dr Ayu langsung ditangkap di Balikpapan, sedangkan dua koleganya masuk daftar pencarian
orang (DPO).
Setelah mencurahkan unek-uneknya, dan melakukan doa bersama di mesjid, para dokter ini melanjutkan aksinya dengan melakukan longmarch dari Rumash Sakit menuju Kejaksaan Negeri, dan Alun-alun
Garut berjarak sekitar dua kilometer.
“Kriminalisasi ini meresahkan kami, setiap orang bisa menggugat kami. Karena tindakan kami lakukan mengandung resiko,” ujar Ketua Ikatan Dokter Indonesia Cabang Garut Yanto Widiantoro.
***** SZ, JDH.