“Terpeleset Jatuh Saat Mencari Kayu Bakar”
Fotografer : John Doddy Hidayat
Garut News ( Kamis, 03/08 – 2017 ).
Mengimani semua yang telah Allah Swt Takdirkan, apakah itu kejadiannya baik dan buruk maka itu semua bersumber dari Allah Swt.
Seperti halnya dialami Abah Iban (65) penduduk Kampung Pasir Pari RT 02/02 Desa Pasirlangu Pakenjeng Selatan Kabupaten Garut.
Kendati sebelumnya dirinya bersama sang istri siap seratus persen berangkat beribadah haji dengan para calon haji (calhaj) lainnya pada musim haji 2017 ini, Namun hanya bisa mengusap dada juga menghela napas panjang saat tiba hari keberangkatan sesuai dijadwalkan pemerintah malahan ternyata tak bisa berangkat.
Lantaran terjadi kecelakaan tak terduga menimpanya pada awal Mei lalu. Dia terpeleset jatuh saat mencari kayu bakar di Gunung Wayang.
Meski senantiasa berupaya berobat dengan harapan bisa sembuh dan berangkat ke tanah suci sesuai jadwal, namun hingga beberapa hari menjelang diberangkatkan, kondisinya tak jua membaik. Sehingga diapun melaporkan diri ke pihak Kemenag Garut, dan menyatakan batal berangkat tahun ini sebab kondisinya tak memungkinkan.
Ayah tujuh anak dan kakek delapan cucu tersebut, hanya bisa pasrah membiarkan istrinya, Kuraesin (60) berangkat ibadah haji tahun ini tanpa didampinginya. Dia hanya berkesempatan mengantar keberangkatan istrinya sampai Pendopo, tempat berlangsungnya pelepasan keberangkatan jamaah calhaj asal Garut pada Rabu (02/08-2017) lalu.
Sang istri berangkat dari Pendopo bersama 39 rombongan calhaj lainnya menggunakan bis bernomor lima, duduk di bagian tengah.
“(Abah) berangkat (dari Pakenjeng) ke Garut mau mengantar istrinya. Mudah-mudahan ada mukjizat dari Allah. Penasaran. Tadi juga (dia) saya gendong dari mobil,” ujar Isep keponakan Abah Iban.
Kuraesin juga nyaris tertinggal dari rombongan calhaj lainnya. Dia baru tiba di Pendopo ketika armada bis pengangkut jamaah calhaj bersiap bertolak meninggalkan Pendopo/Babancong.
Kedatangan Abah Iban ke Pendopo sempat menarik perhatian para jamaah calhaj lainnya maupun warga pengantar. Selain datang saat rombongan bis pengangkut calhaj hendak bertolak, Abah Iban terlihat digendong dengan pakaian batik seragam calhaj seperti batik dikenakan istrinya.
“Tadi Ema (Kuraesin) kesiangan ke sini lantaran terjebak macet di Jalan Cimanuk Jayaraga,” ungkap Isep.
Menurut anak ke lima Abah Iban, Asep Salam (27) menceritakan, kedua orang tuanya daftar menunaikan haji sejak 2012. Keduanya didaftarkan kakaknya, anak sulung Abah Iban dan Kuraesin, Agus Nurjaman membuka usaha wiraswasta.
Sejak didaftarkan lima tahun silam, Abah Iban dan Kuraesin rajin menabung menambah ongkos dan bekal naik haji. Keduanya juga rajin mengikuti bimbingan haji.
Beberapa bulan terahir persiapan keberangkatan haji pun semakin intensif termasuk pelunasan pembayaran. Segala kebutuhan untuk selama di tanah suci tuntas disiapkan.
“Pokoknya siap seratus persen,” kata Asep.
Namun sekitar awal Mei lalu, Abah Iban mengalami musibah. Dia terjatuh saat mencari kayu bakar di Gunung Wayang sekitar dua kilometer dari tempat tinggalnya.
Maklum, Abah Iban dan isterinya setiap hari berangkat kerja ke kebun di sekitar Gunung Wayang.
“Kata Ema, Bapak jatuh terpeleset karena licin. Hujan,” ujarnya.
Paskakejadian tersebut, Abah Iban terus berusaha diobati dengan pengobatan tradisional maupun ke dokter, dan rumah sakit. Tanpa niat membatalkan keberangkatannya ke tanah suci.
Dia masih berharap sembuh ketika tiba jadwal keberangkatannya. Tetapi, sekitar sepuluh hari terakhir menjelang keberangkatan, kondisi Abah Iban tak ada kemajuan. Beberapa bagian tubuhnya, terutama tulang di bagian kakinya terasa sakit.
Akhirnya, sekitar tiga hari menjelang hari keberangkatan, kondisi tersebut dilaporkan ke Kemenag Garut, dan keberangkatannya pun dibatalkan.
“Ongkos hajinya tidak diambil lagi. Mudah-mudahan saja tahun depan, Bapak bisa berangkat haji,” imbuh Asep.
*********
(NZ).