Red: Agung Sasongko
Oleh: Wisnu Tanggap Prabowo
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Dalam sebuah hadis shahih diriwayatkan Ibnu Majah, Rasulullah berkata bahwa menuntut ilmu adalah kewajiban setiap Muslim. Islam adalah satu-satunya agama yang meletakkan menuntut ilmu sebagai kewajiban individual.
Ilmu akan memuliakan dan menjaga pemiliknya. Sahabat Ali berkata, “Ilmu itu lebih baik daripada harta. Ilmu akan menjagamu sedangkan kamulah yang akan menjaga harta.” (Adabud Dunyaa wad Diin). Abu Hasan Bunan pernah mengingkari seorang Gubernur Mesir kekhalifahan Abbasiyah, Ibnu Thulun, sehingga ia dicampakkan di depan singa.
Namun, singa tersebut hanya bergeming di hadapan Abu Hasan Bunan bahkan menjilati kaki beliau. Orang-orang terheran atas kejadian itu dan ditanyakan kepada Abu Hasan, “Bagaimana keadaanmu Abu Hasan?” Abu Hasan menjawab, “Alhamdulillah baik-baik saja. Aku sedang memikirkan tentang hukum air liur binatang buas serta perbedaan di kalangan ahli fikih, apakah ia najis atau tidak.” (Al Bidayah wa Nihayah, Ibnu Katsir, 12/158).
Dengan ilmu, seseorang mendapat kekhususan dari Allah dibandingkan selainnya. Allah berfirman, “Allah mengangkat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat.” (QS Al Mujadilah: 11).
Dengan ilmu pula, Allah memuliakan Adam di hadapan para malaikat dengan mengajarkan Adam nama-nama segala sesuatu. Sahabat Abu Hurairah lebih menyukai menuntut ilmu daripada pergi berjihad. Ia berkata, “Sungguh, aku mengetahui satu bab ilmu tentang perintah dan larangan lebih aku sukai daripada 70 kali melakukan jihad di jalan Allah.” (Al Faqih wal Muatafaqqih).
Imam Bukhari bahkan menekankan pentingnya ilmu melalui sebuah bab khusus dalam kitab sahihnya berjudul al Ilmu Qoblal Qoul wal ‘Amal, berilmu sebeum berkata dan beramal. Islam harum melalui sumbangsihnya pada peradaban ilmu dunia. Dengan ilmu, Islam telah membebaskan banyak manusia dari Zaman Kegelapan.
Sejatinya, Islam sendiri tidak pernah mengalami Zaman Kegelapan itu, bahkan melalui para ulama, ilmuwan, dan pemikir Muslim, dunia dicerahkan dengan berbagai ilmu pengetahuan nyaris di semua bidang.
Ilmu yang paling agung adalah tauhid karena ia membawa manusia kepada fitrahnya. Apabila seseorang tidak menghamba dan mencintai Allah, ia akan mencintai dan menghamba kepada selain-Nya. Jika demikian, menurut Ibnu Taimiyah, ini adalah penderitaan dan perbudakan yang hakiki di dunia dan kesengsaraan di akhirat.
Sebaliknya, menghambakan diri kepada Allah dan mencintai-Nya adalah kebebasan hati dan kebahagiaan yang hakiki. Ibnu Taimiyah dalam kitab al ‘Ubudiyah berkata, “Kebebasan itu adalah kebebasan hati, dan penghambaan itu adalah penghambaan hati. Hati tidak akan menjadi baik, tidak akan bahagia, tidak akan merasa nikmat, dan tidak akan merasa tenang kecuali menghamba kepada Rabb-nya semata dan kembali kepada-Nya.”
Rasulullah bersabda, “Barang siapa yang Allah kehendaki padanya kebaikan, maka Allah akan memahamkannya dien [agama].” [HR Bukhari Muslim].
Sahabat Mu’adz bin Jabal berkata, “Ilmu itu hanya akan diberikan kepada orang-orang yang berbahagia, sedangkan orang-orang yang celaka akan terhalang darinya.” (Jaami’ Bayaanil ‘Ilmi wa Fadhlih).
Maka itu, sebaik-baiknya ilmu yang bermanfaat bagi kebahagiaan di dunia dan akhirat adalah ilmu agama. Wallahu A’lam.
**********
Republika.co.id