Esay/Fotografer : John Doddy Hidayat
Garut News ( Ahad, 10/09 – 2017 ).
Dari total sekitar 2.588.839 penduduk di Kabupaten Garut, Jawa Barat, (Urban dan Rural) terdiri 1,303,638 laki-laki serta 1,285,201 perempuan dengan 648,562 rumah tangga, hingga kini masih banyak yang memiliki ‘Ponsel’ ketimbang toilet di lingkungan rumahnya masing-masing.
Mereka tersebar pada 21 kelurahan dan 403 desa pada seluruh wilayah administratif kabupaten seluas 306.519 Ha (3.065,19 km²), masing-masing berbatasan Utara dengan Kabupaten Bandung dan Kabupaten Sumedang, Timur (Kabupaten Tasikmalaya), Selatan (Samudera Hindia), serta Barat berbatasan dengan Kabupaten Bandung dan Kabupaten Cianjur.
Merupakan daerah penyangga dan hitterland bagi pengembangan wilayah Bandung Raya. Sehingga kabupaten ini berkedudukan strategis dalam memasok kebutuhan warga Kota dan Kabupaten Bandung, sekaligus berperan mengendalikan keseimbangan lingkungan.
Tetapi hingga kini hanya sekitar 230 desa/kelurahan yang penduduknya tak lagi “Buang Air Besar Sembarangan” (BABS).
Sedangkan masyarakat pada sedikitnya 194 desa/kelurahan sampai sekarang masih belum berkondisi “Open Defecation Free” (ODF) maupun berkondisi ketika setiap individu dalam komunitas tidak BABS.
Bahkan di kawasan perkotaannya pun, dari 11 kelurahan masih pula ada sekitar tiga kelurahan di antaranya yang masih banyak berpenduduk berperilaku BABS.
Padahal berperilaku BABS sangat berpotensi mendatangkan serangan pelbagai jenis penyakit, terutama diare.
Lantaran, dari satu gram tinja terkandung 10 juta virus dan satu juta bakteri, termasuk jamur, serta cacing yang bisa mengganggu kesehatan manusia.
Masih banyaknya penduduk di kabupaten kini berusia 204 tahun juga bersamaan 72 tahun setelah NKRI memproklamasikan Kemerdekaannya RI, namun berperilaku BABS merupakan bagian dari sekitar 2,4 miliar manusia di dunia berkekurangan akses sanitasi yang layak, terutama di negara-negara pada Benua Afrika.
*******
Pelbagai Sumber.