Fotografer : John Doddy Hidayat
Garut News ( Selasa, 25/07 – 2017 ).
“Hingga kini, kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak di Kabupaten Garut terbilang masih cukup tinggi,” ungkap Kepala Dinas “Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan” (KBPP) kabupaten setempat Toni Tisna Somantri, dan katakan sepanjang 2016, di kabupatennya dilaporkan terjadi 141 kasus kekerasan terhadap perempuan, dan anak.
“Sedangkan selama rentang waktu Januari hingga Juli tercatat 42 kasus,” katanya pada Silaturahim Petugas Lini Lapangan PPKBPPA sekaligus peringatan ke-24 Hari Keluarga Nasional, dan Hari Anak Nasional Tingkat kabupaten di Lapang Apel Setda Jalan Pembangunan, Selasa (25/07-2017).
Pemprov Jawa Barat, kata dia pula, tak mengeluarkan ranking soal kasus tersebut. Toni tak menjelaskan mengenai penyebab terjadinya kasus kekerasan terhadap perempuan, dan anak di Garut.
Apakah karena faktor kemiskinan/ekonomi, atau faktor lainnya. Dia hanya menyebutkan, penyebabnya sangat kompleks.
“Ada banyak jenis kekerasan. Tapi, yang sering kita tangani, dari masyarakat menengah ke bawah,” ujarnya.
Menurutnya, selain kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak, ada sejumlah persoalan lain masih menjadi isu krusial di Kabupaten Garut. Antara lain rendahnya rata-rata usia perkawinan pertama wanita masih di usia 18 tahun dari harapan di usia 20 tahun. Masih rendahnya rata-rata kemampuan seorang perempuan melahirkan sebesar 2,56, dari diharapkan sebesar 2,1.
Kemudian, penggunaan alat kontrasepsi jangka panjang juga masih rendah, hanya menunjukkan angka 23 persen. Kondisi itu menyebabkan drop out kepesertaan KB di Garut masih tinggi.
“Angka penggunaan alat kontrasepsi jangka panjang ini diharapkan mencapai 30 persen pada 2019,” imbuhnya.
Sedangkan isu krusial lain juga mesti mendapat perhatian, katanya, yakni Indeks Pembangunan Gender menggambarkan kesenjangan pembangunan manusia antara laki-laki dan perempuan mencapai 81,37 poin, masih rendah dibandingkan rata-rata Jawa Barat yang mencapai 89,11 poin.
“Dalam hal ini, Kabupaten Garut berada pada ranking 26 dari 27 kabupaten/kota di Jawa Barat”
Lalu, Indeks Pembangunan Gender sebagai alat ukur partisipasi aktif laki-laki dan perempuan pada kegiatan ekonomi, politik, dan pengambilan keputusan mencapai 63,21 poin.
Atau masih rendah dibandingkan rata-rata Jawa Barat yang mencapai 69,02 poin. Sehingga Kabupaten Garut menempati ranking 14 dalam persoalan tersebut dibandingkan kabupaten/kota lain di Jawa Barat.
**********
(.NZ)